REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Tidak bisa membaca dan menulis bukan halangan berkarya bagi sineas asal Afghanistan, Salim Shaheen. Sejak 1985, pria yang dijuluki "Sultan Film" oleh rekan-rekan sineasnya di Kota Kabul itu sudah memproduksi 111 film.
Shaheen bahkan telah melenggang di karpet merah Festival Film Cannes Mei 2017 silam, namun bukan untuk mempublikasikan salah satu film. Shaheen justru menjadi bintang utama dalam sebuah tayangan dokumenter yang menyorot kiprahnya.
Tayangan berjudul The Prince of Nothingwood itu dibuat oleh jurnalis Prancis bernama Sonia Kronlund. Setelah menyimak karya Kronlund, akan jelas bahwa Nothingwood adalah istilah Shaheen untuk menyebut industri film di negaranya.
"Hollywood, Nollywood, Nothingwood. Saya menjuluki perfilman Afghanistan sebagai Nothingwood karena tak ada uang, sumber daya, perlengkapan penunjang, tak ada apa pun," ujar Shaheen.
Kronlund mendokumentasikan perjuangan Shaheen di tengah kondisi serba terbatas itu. Ia menyebut Shaheen mewujudkan mimpinya dari 'ketiadaan' di sebuah negara rawan di mana menonton film bisa membuat seseorang dihukum mati.
Ia mengunjungi Afganistan pada 2000 dan bolak-balik 15 kali untuk merampungkan karya. Hari pertama di Afganistan, Kronlund dilarang mengambil gambar makhluk hidup apapun, tetapi hari berikutnya malah diminta menyorot para pejuang Taliban yang "narsis".
"Afganistan punya aturan ketat tapi tidak selalu berlaku bagi Taliban. Uniknya, sebagian besar dari mereka sangat menyukai film. Saya terbiasa dengan ketegangan dan dianggap seperti tamu di sana," tuturnya, dikutip dari laman Irish Times.