REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sejumlah negara Arab menyuarakan kekecewaan dan kecamannya terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) yang memveto resolusi baru Dewan Keamanan PBB terkait Yerusalem pada Senin (18/12).
Keputusan AS dinilai mengabaikan suara masyarakat internasionaldan memprovokasi sebuah pertikaian. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Abu Zeid menyatakan penyesalannya terhadap keputusan AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB. Apalagi draf resolusi ini disusun dan diajukan oleh Mesir.
"Mesir kecewa dengan veto dari keputusan penting ini yang mengindahkan hati nurani masyarakat internasional dan secara terbuka menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujarnya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (19/12).
Abu Zedi mengatakan, negara-negara Arab di PBB akan berkumpul untuk menilai situasi dan mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi status Yerusalem.
Juru bicara parlemen Kuwait Merzuk Ali El Ganim menyuarakan hal serupa. Ia mengaku menentang veto AS dan berterima kasih kepada Mesir karena telah mengajukan resolusi tersebut ke Dewan Keamanan PBB. "Sikap kontra terhadap langkah-langkah sepihak atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel menunjukkan bahwa kita tidak sendiri," ucapnya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) Ali Karadaghi menilai keputusan AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait Yerusalemsebagai teror. "Ini menjadi tantangan bagi semua negara," ujar Karadaghi.
Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeina juga mengecam AS yang telah memvetoresolusi Dewan Keamanan PBB terkait Yerusalem. "Ini sebuah konsesi terhadap pendudukan dan agresi Israel," katanya.
Abu Rudeina menegaskan, keputusan AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait Yerusalem akan menyebabkan isolasi lebih lanjut terhadap negara tersebut. Selain itu, hal ini pun jelas merupakan provokasi terhadap masyarakat internasional.
Rancangan resolusi dewan PBB menuntut agar semua negara mematuhi resolusi Dewan Keamananmengenai Kota Suci Yerusalem, dan tidak mengakui tindakan yang bertentangandengan resolusi tersebut.
Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi padaDesember tahun lalu menggarisbawahi bahwa tidak akan mengakui adanya perubahanpada dialog 4 Juni 1967, termasuk mengenai Yerusalem, selain yang disetujuioleh para pihak melalui perundingan.