REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) memveto draft Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), yang menolak keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Veto yang dilakukan oleh AS tersebut disesali oleh dunia, terutama negara-negara Arab.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla berpendapat, berbagai aksi demonstrasi di penjuru dunia untuk perdamaian di Palestina dan Israel sudah berlangsung sejak lama. Namun sampai saat ini masih belum membuahkan hasil karena persoalan ini tidak mudah.
"Ini (Palestina dan Israel) kan bukan soal baru, sudah 50 tahun. Saat saya masih sekolah, demo di mana-mana. Demo-demo saja terus, tidak pernah ada hasilnya karena memang tidak mudah," ujar Jusuf Kalla yang ditemui di kantornya, Selasa (19/12).
Menurut Jusuf Kalla, sebetulnya ada dua cara yang bisa ditempuh oleh Palestina dan Israel untuk menyelesaikan konflik tersebut yakni dengan dialog atau perang. Dia mengatakan, sejauh ini Palestina dan Israel sudah melakukan tiga kali perang.
Namun hasilnya, wilayah Palestina semakin mengecil sementara wilayah Israel semakin luas dan pengaruhnya semakin kuat. Oleh karena itu, satu-satunya cara yang harus ditempuh saat ini yakni melalui dialog dan pendekatan secara damai sehingga dapat tercipta keadilan.
"Jadi harus dialog, damai, walaupun semua enggak suka tapi kan harus yang adil," kata Jusuf Kalla.
Seperti diketahui, resolusi Dewan Keamanan PBB itu menolak setiap klaim sepihak yang bermaksud mengubah status quo Kota Suci Yerusalem. Pernyataan Donald Trump, dengan demikian, dinilai tidak berkekuatan hukum internasional dan mesti dicabut segera.