REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina pada Selasa (19/12) mengkritik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberi label kepada Beijing sebagai saingan strategis. Pemerintah juga meminta Washington untuk menerima kebangkitan Cina.
Kantor berita Xinhua melaporkan, Pemerintah Cina mengatakan sikap Trump mencerminkan kemenangan kaum garis keras di pemerintahannya. Pemerintah juga memperingatkan, hubungan ekonomi AS dan Cina cenderung akan menghadapi tekanan dan tantangan yang lebih besar lagi.
Pada Senin (18/12), Trump mengabaikan Beijing dengan mengatakan AS akan memperbaiki hubungan dengan Taiwan. AS juga berjanji akan menghidupkan kembali aliansi dengan pemerintah negara Asia Tenggara, yang beberapa di antaranya terlibat konflik dengan Cina karena mengklaim bagian Laut Cina Selatan.
AS dan Cina memiliki hubungan perdagangan terbesar di dunia dan telah bekerja sama mulai dari bidang energi bersih hingga kesehatan masyarakat. Namun Beijing melihat Washington sebagai penghambat ambisi mereka untuk menjadi kekuatan yang dominan di Asia Timur.
Kedutaan Besar Cina di Washington meminta Pemerintah AS untuk membuang pemikiran lama mereka. "Sangat egois untuk menaruh kepentingan nasional Anda di atas kepentingan negara lain dan kepentingan bersama masyarakat internasional. Ini akan memicu Amerika Serikat untuk melakukan isolasi," kata kedutaan tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Cina bersedia untuk melakukan koeksistensi damai dengan semua negara di dunia termasuk Amerika Serikat atas dasar saling menghormati. Amerika Serikat juga harus menyesuaikan dan menerima kebangkitan Cina," tambahnya.
Pejabat AS merasa tidak nyaman dengan meningkatnya dana pengeluaran militer Cina. Mereka melihat "Belt and Road Initiative," sebuah proyek bernilai miliaran dolar untuk membangun kereta api dan infrastruktur lainnya di belasan negara dari Asia ke Eropa dan Afrika, sebagai upaya untuk mengurangi pengaruh AS dan memelihara struktur politik yang berpusat pada Cina.
Cina selama ini juga telah mengambil sikap lebih keras terhadap Taiwan sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen tahun lalu yang menolak untuk menyetujui anggapan Beijing bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina. Pengamat Cina berspekulasi tentang kemungkinan perlunya langkah militer untuk menekan Tsai.