Selasa 19 Dec 2017 18:04 WIB

UMM Refleksikan Dinamika Perpolitikan Dunia Arab

Kampus UMM.
Foto: Dokumen
Kampus UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) belum lama ini melakukan refleksi atas dinamika perpolitikan di dunia Arab. Hal ini dilakukan mengingat beberapa waktu lalu dunia dikejutkan dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump atas Palestina dan Israel.

Kepala PSIF UMM  Pradana Boy berharap, kegiatan ini dapat membangun jejaring literasi damai yang melibatkan para intelektual publik. Dalam hal ini termasuk dengan tokoh agama, penulis dan influencer, serta para aktivis muda Muslim yang bervisi perdamaian. Terlebih, berbagai konflik yang terjadi itu kian dipanaskan dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan memindahkan ibu kota Israel ke Yerusalem.

Menurut Pradana, pernyataan Trump jelas semakin menambah beban baru di tengah pelbagai konflik yang dialami dunia Islam pada 2017 ini. "Seperti perang Suriah, serangan Taliban di Afganistan, konflik ISIS di Irak, konflik berkepanjangan di Yaman, perang sipil Libia, konflik India-Pakistan, dan masih banyak lagi," ujar Pradana, dalam siaran pers.

Terkait situasi tersebut, Pradana menilai, penting bagi umat Islam Indonesia untuk memiliki pemahaman yang utuh atas dinamika politik di negara-negara Muslim dan apa implikasinya bagi bangsa ini. Apalagi bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Indonesia perlu memahami, apa yang bisa dilakukan untuk berkontribusi bagi perdamaian dunia.

Pradana mengatakan, menjadi tugas bersama untuk mengampanyekan dan memviralkan narasi perdamaian Islam di tengah kehidupan bangsa dan dunia yang seringkali dihiasi narasi kebencian ini. Apalagi sebenarnya Islam Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi contoh bagi dunia dalam membangun masyarakat Muslim yang tenteram dan harmoni.

Sementara itu, Cendekiawan Muslim Singapura, Prof Dhulkifl Zaman Khan berpesan agar masyarakat tidak menyangkutpautkan Islam dengan kekerasan yang terjadi, khususnya terkait kasus Israel dan Palestina. Muslim Indonesia hendaknya tahu tentang sejarah secara utuh terkait apa yang terjadi di balik politik dunia arab, termasuk kedua negara tersebut.

Umat Muslim harus tahu secara utuh mengingat faktornya bukan karena semata-mata agama tapi ekonomi juga. Menurut Dhulkifl, isu antara Israel dan Palestine sudah bergulir sejak 70 tahun lalu dan berbagai kepentingan merebak di sana. Melihat hal tersebut, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim yang besar, Indonesia hendaknya ikut bersuara.

Bukan hanya itu, Indonesia juga harus mulai memilah apa yang baik dan tidak baik bagi negaranya. “Saya selalu bilang ke pejabat kita untuk jangan hanya duduk diam. Jangan salah, kita duduk diam bukan mereka yang mati tapi kita yang mati,”  ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement