REPUBLIKA.CO.ID, SAMBAS -- Keterbatasan listrik dan buruknya infrastukur di daerah pinggiran yang terisolir, tidak membuat Arisko menyerah. Bahkan, pemuda dari Dusun Pinang Merah Selatan Desa Simpang Empat, Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat ini, tergerak dan terus melakukan berbagai upaya untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi dusunnya agar bisa keluar dari ketertinggalan.
Saat ini, Arisko bersama para pemuda menggarap bidang perikan bersama kelompok pembudidaya. Selain ikan lele dan patin, pemuda kelahiran 4 November 1991 ini tengah mengembangkan budidaya ikan bandeng sebagai upaya peningkatan ekonomi baru.
“Untuk budidaya lele dan patin sudah kita mulai sejak 2015. Sedangkan kan bandeng baru beberapa bulan ini kita bekerjasama dengan warga di lahan sekitar dua hektar,” kata Arisko.
Arisko yang merupakan lulusan jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Pontianak ini, menyediakan bibit bagi para kelompok budidaya tersebut. Ia menjual bibit kepada para pembudidaya, melakukan pendampingan dan kemudian membeli untuk dilempar ke pasar.
“Kita membesarkan bibit dari ukuran kecil (larva) hasil kerja sama dengan kerjasama kampus dan dinas, sampai ukuran 3-5 sentimeter lalu dijual ke petani. Hasil panen petani kita beli untuk membantu mereka yang kesulitan mengakses pasar,” jelasnya
Selain perikanan, Arisko juga mencoba menghidupkan wisata kampung pesisir besama para pemuda di dusunnya. Ia menegaskan, usaha-usaha yang di lakukan tersebut, terutama untuk menjadikan kampung halamannya yang masih tertinggal ini mampu bersaing dengan daerah-daerah lain. Sekaligus untuk mengetuk pemegang kebijakan agar melirik potensi besar yang ada di desanya namun terbentur kendala keterbatasan listrik dan infratruktur jalan yang buruk.
Sebagai penggerak sekaligus pelaku usaha, Arisko mengakui infrastruktur jalan yang buruk dan listrik yang terbatas memberikan hambatan. “Karena listrik memakai PLTS jadi terbatas, bahkan ada rumah tangga di dusun saya yang belum kebagian listrik, kita tidak bisa membuat es untuk membawa ikan. Es kita harus beli dengan harga yang lebih mahal. Sementara jalanan yang buruk juga menyulitkan saat kita membawa ikan ke pasar yang jaraknya sekitar 18km,” tutur Arisko yang sempat dikunjungi Tim Kemenpora, belum lama ini.
Ia berharap, dukungan pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan ketersediaan listrik PLN, bisa membantu percepatan pemberdayaan ekonomi di dusunnya. Sehingga bisa lebih berkambang dan bahkan menjadi penopang ekonomi kota.
Arisko merupakan satu dari 78 pemuda teknopreneur yang mengikuti pelatihan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bersama para pemuda terseleksi lain dari 34 provinsi, ia mendapatkan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pemuda Berbasis IPTEK dan IMTAK bertema “Pemuda sebagai Penggerak Sentra Pemberdayaan Pemuda di Desa” yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada akhir Juli 2017.
Pemuda ini memang dikenal dengan upayanya untuk menggerakkan pemuda desa dan memberdayakan dusunnya. Sejak 2013 ia sudah menghimpun pemuda-pemudi yag ada dilingkungan tempat tinggalnya untuk membangun kesadaran pemuda untuk membangun desa lewat perkonomian dengan acara pengabdian kedesa-desa dan diskusi masalah potensi desa.