Rabu 20 Dec 2017 01:14 WIB

Banyak Nelayan Indramayu Mengutang untuk Beli Makan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andri Saubani
Nelayan bersiap melaut di M Lombang, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (20/2). Nelayan setempat mulai melaut setelah beberapa pekan terhenti akibat cuaca buruk.
Foto: Dedhez Anggara/Antara
Nelayan bersiap melaut di M Lombang, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (20/2). Nelayan setempat mulai melaut setelah beberapa pekan terhenti akibat cuaca buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Cuaca buruk kembali melanda perairan Indramayu. Hal itu membuat ribuan nelayan tradisional diKabupaten Indramayu tak bisa melaut hingga mereka tak bisa memperoleh penghasilan.

 

"Sudah tiga hari ini nelayankembali tidak bisa melaut karena cuaca buruk," ujar Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto kepada Republika, Selasa(19/12).

 

Dedi memperkirakan, ada sekitar 10 ribu nelayan tradisional yang saat ini tidak bisa mencari ikan di laut akibat cuaca buruk. Kondisi itu otomatis membuat mereka tak bisa memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 

Bagi nelayan yang masih memiliki simpananpenghasilan, lanjut Dedi, maka simpanan itulah yang mereka gunakan dalam kondisi saat ini. Namun bagi yang tidak memiliki simpanan, maka terpaksa harus berutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 

"Kebanyakannya sih berutang," tutur Dedi.

 

Dedi menyebutkan, utang itu biasanya mereka ajukan ke tengkulak/bakul ikan maupun pemilik kapal. Utang tersebut baru akan mereka bayar setelah nanti kembali melaut dan memperoleh penghasilan.

 

"Yang berutang ke rentenir (bank harian) juga ada," terang Dedi.

 

Untuk mengatasi masa paceklik seperti sekarang, Dedi menilai, diperlukan adanya semacam dana simpanan nelayan. Dengan dana itu, maka kesulitan nelayan bisa sedikit teratasi.

 

Namun, lanjut Dedi, dana simpanan seperti itu saat ini baru dimiliki oleh nelayan yang tergabung dalam koperasi dan koperasinya aktif. Sedangkan nelayan yang tidak tergabung dalam koperasi, belum memiliki simpanan dana tersebut.

 

Saat ini lebih banyak nelayan yang belum menjadi anggota koperasi dibandingkan nelayan yang menjadi anggota koperasi. "Perbandingannya sekitar 75 : 25," kata Dedi.

 

Dedi berharap, pemerintah bisa menyalurkan bantuan, terutama bantuan bahan pangan kepada para nelayan yang kini mengalami paceklik. Pasalnya, mereka saat ini sangat membutuhkan bantuan.

 

Sementara itu, salah seorang nelayandi Kecamatan Juntinyuat, Tardi, mengaku tak bisa melaut karena cuaca yang tak bersahabat. Kondisi tersebut membuatnya tak bisa memperoleh penghasilan untuk keluarganya.

 

"Bulan 12 (Desember) memang biasanya paceklik," ujar Tardi.

 

Tardi menyatakan, untuk kebutuhan makan sehari-hari keluarganya, dia mengandalkan sedikit simpanan yang masih dimilikinya. Namun, jika paceklik ternyata berkepanjangan, maka dia terpaksa akan berutang.

 

"Utangnya ke bakul ikan. Sudah biasa," tandas Tardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement