Rabu 20 Dec 2017 01:25 WIB

Ketika Taiwan Tergiur Wisata Halal Dunia

Rep: Umi Nur Fadillah/ Red: Agung Sasongko
Turis sedang mengambil gambar bangunan paling ikonik Taiwan yakni Taipei 101.
Foto: EPA
Turis sedang mengambil gambar bangunan paling ikonik Taiwan yakni Taipei 101.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Taiwan, satu dari empat 'macan Asia' dengan pendapatan per kapita hampir 40 ribu dolar Amerika Serikat (AS) telah menarik dan merayu wisatawan dari negara-negara Teluk. Pun hal itu didukung penerbangan langsung harian dari Dubai ke Taipei, ibu kota Taiwan. Penerbangan itu menawarkan berbagai macam fasilitas sesuai dengan kaidah Islam.

Dewan Pembangunan Nasional Taiwan, Connie Chang, yang juga Direktur Jenderal Perencanaan Keseluruhan Departemen mengatakan laporan ekonomi riil pada 2016/2017 keluaran firma jasa keuangan Thomson-Reuters memperkirakan pengeluaran konsumen Muslim di seluruh dunia akan meningkat dari 1,9 triliun dolar AS pada 2015 menjadi 2,6 triliun dolar AS pada 2020.

“Ini adalah pasar potensial yang ingin kita masuki, “kata Chang dilansir dari Al Arabiya pada Selasa (19/12).

Menguraikan kebijakan yang ramah Muslim di negara itu, ia mengatakan proyek pemerintah mendorong hubungan dengan negara-negara Muslim, sebuah pameran dagang tahunan untuk mempromosikan produk dan layanan buatan lokal. Selain itu, pemerintah telah memulai kampanye mendorong peningkatan jumlah perusahaan bersertifikat halal di Taiwan dan juga prosedur visa yang disederhanakan bagi pengunjung dari Timur Tengah, dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim di wilayah lain.

Direktur Divisi Urusan Internasional di Biro Pariwisata Taiwan, Eric Lin pemerintah membangun lingkungan ramah Muslim untuk menarik banyak wisatawan Muslim dan meningkatkan visibilitas Taiwan di dunia Muslim. Biro tersebut bekerja sama dengan Chinese Muslim Association (CMA, Taiwan) menerbitkan sertifikasi restoran yang menyediakan makanan halal, hotel, dan dapur.

“Tujuan kami adalah menyediakan makanan dan hotel nyaman bagi pengunjung Muslim,”ujar Lin.

Ia mengatakan, lembaganya memberikan subsidi untuk akuisisi sertifikasi halal oleh restoran dan hotel. Tujuannya, mendorong restoran memperbaiki atau merenovasi fasilitas mereka untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. Hal itu juga bertujuan membuat wisatawan Muslim merasa lebih nyaman.

“Biro itu mendorong sarana transportasi umum dan tempat-tempat indah untuk memiliki ruang shalat dan toilet yang sesuai dengan Islam, “tutur Lin.

Lin dengan bangga mengutip Indeks Perjalanan Muslim Global MasterCard-Crescent terbaru yang mengidentifikasi Taiwan sebagai tujuan teraman bagi umat Islam di luar negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Taiwan juga muncul sebagai tujuan ketujuh yang paling populer di antara 130 negara bukan OKI.

Pendapatan Bersih

Lin mengatakan pendapatan dari wisata halal masih kecil. Ia menjabarkan, tahun lalu, hanya sekitar 200 ribu dari 10,44 juta wisatawan yang berbondong-bondong ke Taiwan beragama Islam.

Namun, Chang dan Lin optimistis jumlah wisatawan Muslim meningkat. Menurut perkiraan saat ini, jumlah pelancong Muslim - yang mencapai 117 juta atau 10 persen dari angka global. Angka itu tumbuh menjadi 168 juta pada 2020. Taiwan berharap dapat memperoleh bagian yang cukup besar darinya.

Menurut Lin, mayoritas pengunjung Muslim ke Taiwan berasal dari negara-negara terdekat seperti Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Lin menyebut wilayah Teluk yang kaya uang tunai merupakan pasar yang sangat besar bagi Taiwa

Lin meyakini tindakan terkoordinasi Emirates yang mengoperasikan penerbangan harian Dubai-Taipei akan menguntungkan negaranya.

Referensi Chang tentang pasar Muslim potensial-sarat selama wawancara dan tekanan untuk menciptakan ekosistem yang ramah umat Muslim di Taiwan dengan jelas menunjukkan ke arah mana angin bertiup.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement