REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Interaksi aktif para pelopor dari Makassar terjadi sekitar awal abad 15, jauh sebelum kedatangan bangsa penjajah dari Eropa.
Australia adalah sebuah nama benua sekaligus negara yang terletak di sebelah selatan Indonesia. Siapa sangka, selama ini, penjelajah Inggris James Cook dianggap sebagai yang pertama kali menemukan Australia. Setelah dilakukan penelitian dan pengkajian mutakhir di Benua Kanguru itu, ada fakta mengejutkan bahwa ternyata pelaut Muslim-lah yang pertama kali menemukan benua itu.
Buku Muslim Melayu Penemu Australia yang ditulis oleh DR Teuku Chalidin Yacob, seorang tokoh masyarakat Muslim dan pendidikan Islam di Australia, mengungkap fakta tersebut. Dalam penelitiannya, DR Chalidin mengungkap sejumlah bukti menarik di balik penelitiannya.
Di antara yang dibahas adalah waktu kedatangan Muslim Melayu di Australia, apa motif kedatangannya, hingga kegiatan dan kisah sukses mereka serta bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Mi'raj News Agency (MINA) Foundation pada akhir 2016 lalu ini mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan. Termasuk di dalamnya Dubes Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kosoema, hingga Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Tan Sri Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam.
Nadjib Riphat menyatakan, interaksi aktif para pelopor dari Makassar (dalam beberapa literatur Australia disebut Macassan) terjadi sekitar awal abad ke- 15, jauh sebelum kedatangan bangsa pen jajah dari Eropa. Kenyataan ini menjadi menarik karena periode itulah yang menjadi awal berkenalannya penduduk asli Australia dengan para pelaut Mus lim dari Sulawesi yang membawa serta budaya dan tradisi mereka.
Pada abad ke-17, sejumlah petualang Belanda mendarat di pantai utara dan barat benua Australia.Para petualang itu kemudian menyebutnya dengan New Holland. Tetapi, mereka tidak menetap di situ, hanya singga
Sementara itu, orang kulit putih pertama yang mendarat di wilayah itu adalah Kapten James Cook yang mendarat di Pantai Timur (sekarang Sydney dan New South Wales) dan mengklaim wilayah itu sebagai wilayah Inggris.
Jauh sebelum itu, orang-orang Aborigin (suku asli Australia berkulit hitam) sudah diam dan tinggal di sana. Aborigin yang memang sudah menetap di sana sejak beribu tahun lamanya sudah menyatakan bahwa wilayah itu adalah milik mereka sendiri.
Pada 1788, tepatnya setelah Kapten James Cook mendarat di Botany Bay (sekarang Sydney), para pendatang yang merupakan narapidana Inggris membentuk koloni yang kemudian disebut dengan New South Wales.
Pada tahun itu juga rombongan Inggris terus berdatangan untuk mencari tempat tinggal baru.Australia, sedikit de mi sedikit, dikuasai oleh orang kulit pu tih, khususnya dari kerajaan Inggris Raya.
Muslim Melayu Penemu Australia lahir dari sebuah tesis yang ditulis pada 2009 lalu untuk memperoleh gelar doktor dari University Malaya (UM) ini mengungkap sejumlah penemuan penting. Terdapat beberapa bukti arkeologis yang menyebutkan bahwa orang-orang Muslim Melayu dari Bugis Makassar sudah berada di sana.
Keberadaan orang-orang Muslim Melayu di sana dalam misi perdagangan internasional, mencari teripang (gamat)di Perairan Utara Australia. Hasil buruannya itu kemudian dijual ke Cina Selatan, salah satunya untuk bahan dasar obat-obatan dan makanan.
Sebagaimana pernyataan DR Steven Farram, dosen sejarah North Australia dan ASEAN dari Charles Darwin Univer sity (CDU), bahwa orang-orang Makassar tak semata-mata hanya mengambil Teripang, mereka juga mengenalkan sejumlah barang-barang yang tergolong baru dikenal masyarakat Aborigin.
Sejarawan Australia dari Universitas Griffith, Brisbane, Prof Regina Ganter menulis dalam bukunya Mixed Relationa: Asian-Aborginal Contact in North Autraliamenyatakan bahwa kedatangan Muslim Melayu di Australia sejak 1650. Mereka membangun industri pengolahan Teripang di wilayah utara Australia.