REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Buku karya pendiri Ashabul Kahfi Islamic Center Australia ini diperkuat dengan sejumlah bukti lain, seperti bukti- bukti arkeologis, survei, hingga mencantumkan gambar-gambar lukisan yang sudah berusia ratusan tahun. Ada juga gambar-gambar peninggalan Muslim Melayu yang berasal dari kisaran 1600- 1700.
Para pelaut Bugis-Makassar atau Macassan dalam istilah Aborigin mulai berlayar menuju perairan utara Australia setiap Desember. Mereka berlabuh di sekitar pantai, mendirikan tenda, untuk kemudian mencari dan mengeringkan teripang.
Pelaut Muslim Makassar diban tu warga Aborigin menangkap teripang. Ada kalanya juga mereka membeli teripang atau dikenal ketimun laut ini kepa da warga Aborigin. Dari sini, kontak budaya pun terjadi, kata Petr G Spillet, Ketua Perkumpulan Sejarah Northern Territory Australia. Ia berhasil mengumpulkan 250 suku kata Bugis-Makassar dan Melayu dalam pembendaharaan kata orang-orang Aborigin masa kini.
Sebagai ahli sejarah, Spillet tak mau menyia-nyiakan data menarik ini. Ia berhasil menemui beberapa keturuan Bugis-Makassar yang pernah menjelajah ke Australia. Di antaranya, diduga masih mewarisi darah Aborigin.
Terdapat nama orang Makassar di Australia Utara, yaitu Marege. Tapi, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa Marege juga sebutan buat orang Aborigin beserta kawasan pemukimannya.
Demikian juga di beberapa daerah di Australia Utara masih dijumpai nama-nama Makassar, misalnya, Kayu Jawa bagi Pantai Kimberley, Teluk Mangko buat Teluk North West, dan sebagainya.
Hal itu dikuatkan dengan diketemukannya lontar-lontar kuno (tulisan-tulisan pada manuskrip) di Ujung Pandang, ada inskripsi huruf Makassar yang tertulis nama Marege. Juga ada perkampungan Bugis-Makassar yang dilakarkan oleh AR Wallace, ketika membuat ekspedisi di In- donesia sekitar abad ke-19.
Selain Muslim dari Makassar, Muslim Melayu dari Asia Tenggara juga pernah menjejakkan kakinya di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Seperti warga Malaya (sekarang Malaysia), orang Melayu yang berprofesi sebagai nelayan mutiara juga ada yang menikah dengan warga Aborigin.
Sebagai bukti nyata, terdapat kuburan Muslim Melayu, di antaranya, berasal dari orang-orang Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura di Pemakaman Broome, pesisir barat Australia.
Sebagai ibu kota mutiara di Australia, Broome adalah gerbang menuju pedalaman Kimberley?tempat terdapatnya Cable Beach dengan matahari terbenamnya yang tersohor di dunia.
Memilih Australia
Ada hal menarik yang diungkap dalam buku Muslim Melayu Penemu Australia, yaitu tentang alasan mengapa orang-orang Muslim Melayu memilih Australia ketimbang daerah lain. Di antara alasan utamanya adalah untuk mencari rezeki. Setidaknya, untuk saat ini disebutkan bahwa di mata masyarakat Indonesia, Autralia merupakan tempat yang menjanjikan untuk mencari penghidupan.
Di Australia ini juga tersedia dengan lengkap pengumuman- pengumuman mengenai keterse- diaan lapangan kerja.
Pengumuman itu tersebar dalam iklan-iklan yang dimuat oleh surat kabar. Selain itu, terdapat pula agen pencari kerja swasta yang terdaftar dalam buku panduan telepon Yellow Pages dan internet employment board.
Di sisi lain, kehidupan di Aus- tralia tergolong cukup baik. Negeri itu bahkan tercatat sebagai salah satu dari 146 negara yang siap menampung pengungsi, peduli hak asasi manusia (HAM). Pelang- garan HAM di mana saja akan mendapat perhatian serius dari Pemerintah Australia.