REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Badan Karantina Kementerian Pertanian, mendukung akselerasi ekspor hasil perkebunan dan budidaya Indonesia. Salah satunya adalah tanaman bonsai serta buah manggis. Untuk tanaman bonsai, akan di ekspor ke negara-negara di Uni Eropa. Sedangkan, manggis akan di ekspor dengan negara tujuan Cina.
Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, Banun Harpini, mengatakan, akseleasi ekspor kedua produk unggulan ini mulai 2017 ini. Sudah ada MoU dengan negara-negara tujuan ekspor tersebut. Ekspor ini, realisasinya akan dilakukan mulai awal 2018 mendatang. "Untuk tanaman hias bonsai, sudah berjalan ekspornya," ujar Banun, kepada Republika.co.id, Rabu (20/12).
Sedangkan manggis, lanjut Banun, sepertinya harus menunggu musim panen raya terlebih dulu. Beruntung, ekspor manggis ke Cina ini tanpa ada pembatasan volume. Jadi, berapa pun Indonesia mengekspor hasil perkebunan itu, Cina pasti menerimanya.
Pasalnya, masyarakat Cina menganggap kalau manggis merupakan queen fruit. Saking pentingnya buah tersebut, harganya juga sangat fantastis. Yakni, bila disetarakan ke mata uang Indonesia, harganya mencapai Rp 100 ribu per kilogram. "Jelas, ini prospek yang sangat bagus buat petani manggis kita," ujarnya.
Saat ini, Banun mengatakan, pihaknya sedang melatih para petani manggis supaya bisa memenuhi persyaratan ekspor. Seperti, kesehatan manggisnya terkait mengenai hama, seranga dan semut. Dengan pendidikan ini, diharapkan manggis hasil perkebunan Indonesia ini banyak yang diekspor ke negara tersebut.
Wilayah yang menjadi sentra manggis ada beberapa titik. Seperti, Sumbar, Jatim dan Jabar. Khusus di Jabar, ada beberapa wilayah yang memiliki perkebunan manggis yang cukup luas. Yakni, Bogor, Ciamis, Tasikmalaya, dan Purwakarta.