REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menegaskan akan terus berkomitmen memberikan dukungan kepada Palestina terkait status Yerusalem. Hal tersebut diungkapkan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud saat bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Arab Saudi akan terus mendukung hak-hak sah rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Raja Salman seperti diktuip Fox News, Kamis (21/12).
Pertemuan kedua kepala negara itu dilakukan menyusul pengakuan sepihak Amerika Serikat (AS) yang menetapkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Pertemuan yang diadakan di Riyadh tersebut dihadiri oleh sejumlah pangeran senior dan pejabat Palestina.
Perbincayang yang dilakukan Arab Saudi dan Palestina juga mengingat veto AS dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait status Yerusalem. Sebanyak 14 anggota Dewan Keamanan PBB menyatakan dukungan resolusi yang diajukan oleh Mesir. Mereka mengkau menyesal atas veto yang dijatuhkan AS.
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara kemudian akan mengadakan sidang darurat untuk membahas krisis Yerusalem. Pertemuan ini dilakukan atas permintaan negara-negara Arab dan Muslim setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Belakangan, Presiden Donald Trump mengancam akan menahan miliaran dolar bantuan AS untuk negara-negara yang mendukung resolusi PBB. Teror disampaikan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley melalui surat kepada sekitar 180 dari 193 negara anggota.
Haley memperingatkan, AS akan mencatat nama negara-negara yang mendukung resolusi dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB. "Biarkan mereka memilih untuk melawan kami. Kami akan menghemat banyak. Kami tidak peduli. Ini tidak akan seperti dulu, saat mereka bisa melawan kami, tapi kemudian kami masih membayar mereka ratusan juta dolar. Kami tidak akan dimanfaatkan lagi," kata Trump.