Kamis 21 Dec 2017 12:00 WIB

Fatah dan PLO Kutuk Ancaman Trump

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
Calon Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, 18 Januari 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Calon Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, 18 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID,  RAMALLAH -- Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Fatah, pada Kamis (21/12), mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena mengancam akan memotong bantuan finansial ke negara-negara yang menentang keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini berkaitan dengan pertemuan Majelis Umum PBB untuk membahas dan melakukan voting tentang resolusi Yerusalem.

Anggota eksekutif PLO Hanan Ashrawi mengutuk Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Haley diketahui telah menyebarkan surat bernada ancaman kepada anggota Majelis Umum PBB agar tidak memberikan suara yang menentang keputusan Trump terkait Yerusalem. "Ancaman Haley hanya akan meninggalkan pemerintahan AS sendirian," katanya, seperti dikutip laman Anadolu Agency.

"Kami tidak akan menyerah dan tidak akan takut. Kami percayaanggota Majelis Umum PBB akan melindungi komitmen politik dan hukum mereka terhadapmasalah Palestina dengan mayoritas," ujar Ashrawi menambahkan.

Juru bicara Fatah Osama al-Qawasm juga mengecam ancaman yang dilayangkan Trump. "Ancaman ini merupakan pemerasan dan serangan terhadap kedaulatan negara-negara anggota (Majelis Umum PBB)," ucapnya.

AS diketahui telah memveto draf resolusi Dewan Keamanan PBB yang diajukan Mesir terkait Yerusalem. Resolusi tersebut menolak pendirian fasilitas diplomatik di kota yang diperbutkan Yerusalem. Setelah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, AS memang berencana memindahkan kedutaan besarnya ke kota tersebut.

Namun, polemik terkait Yerusalem ini akan dibawa ke sesi khusus dan darurat Majelis Umum PBB. Tidak seperti di Dewan Keamanan, AS tidak memiliki hak veto di Majelis Umum. Kendati demikian, Trump tidak kehabisan akal. Ia mengancam akan memotong bantuan finansial ke negara-negara anggota PBB yang menentang keputusannya mengakui Yerusalem.

"Mereka mengambil ratusan juta dan bahkan miliaran dolar, kemudian mereka memeberikan suara menentang kita. Kita akan melihat pemungutansuaranya. Biarkan mereka memberikan suara melawan kita. Kita akan menghematbanyak, kami tidak peduli," kata Trump di Gedung Putih pada Rabu (20/12).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement