REPUBLIKA.CO.ID, TOBA SAMOSIR -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih sebesar 61 juta dolar AS pada kuartal III 2017. Kerugian tersebut naik 216,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Melihat kondisi tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta Garuda Indonesia mengevaluasi kembali rute penerbangannya. Langkah tersebut setidaknya bisa meminimalisasi kerugian perusahaan berkode emiten GIAA ini.
"Harus dilihat lagi rute-rute yang diterbangi atau ada strategi lain dengan lebih fokus penerbangan ke domestik saja atau internasional," ujarnya usai Rapat Koordinasi (Rakor) BUMN di Toba Samosir, Kamis (21/12).
Rini menyarankan, agar Garuda Indonesia lebih memfokuskan pada pasar-pasar penerbangan yang memiliki potensial. Jika ada penerbangan internasional maka lebih baik fokus ke Asia seperti Cina.
"Saya beri waktu Garuda Indonesia lakukan kajian dan susun strategi. Dalam waktu enam minggu ke depan akan saya minta lagi," ucapnya.
Rini menambahkan, rakor ini membahas bagaimana mengatasi perusahaan BUMN yang mengalami kerugian bertahun-tahun. Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang kerugiaan tergolong besar. "Garuda permasalahannya soal perang harga. Bagaimana memperkuat Garuda," ucapnya.
Rini mengatakan bakal menyinergikan bisnis perusahaan BUMN, mulai dari investasi, pengadaan hingga operasial. Sehingga pada 2018 nantinya tidak ada perusahaan BUMN yang merugi.
"Tahun ini saya targetkan 12-13 perusahaan BUMN yang rugi dan tahun depan tidak ada lagi yang rugi," kata dia.