REPUBLIKA.CO.ID, Sebesar apapun ujian yang dihadapi, yakinlah bahwa Allah SWT mampu melenyapkannya dalam sekejap. Sebagaimana Allah SWT mengembalikan kebaikan kepada Nabi Ayub atas kesabarannya selama delapan belas tahun dalam penderitaan.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Nabi Ayyub ditimpa musibah selama delapan belas tahun. Orang dekat dan orang yang jauh menolaknya, kecuali dua orang laki-laki saudaranya yang selalu menjenguknya setiap pagi dan sore.”
Dikutip dari buku yang berjudul ’20 Amalan Rezeki dalam Berbisnis’ karya Yunus Mansur bahwa suatu hari salah satu di antara keduanya berkata kepada temannya, “Ketahuilah demi Allah, Ayub telah melakukan sebuah dosa yang tidak dilakukan oleh oleh seorang manusia di dunia ini.” Temannya menanggapi, “Apa itu?” Dia menjawab, “Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dan tidak mengangkat ujian yang menimpanya.”
Manakala keduanya pergi kepada Ayub, salah seorang dari keduanya tidak tahan dan dia mengatakan hal itu kepada beliau. Maka Ayub berkata, “Aku tidak mengerti apa yang kalian berdua katakan. Hanya saja, Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yanng berselisih dan keduanya menyebut nama Allah, lalu aku pulang ke rumah dan bersedekah untuk keduanya karena aku khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.”
Nabi Ayub diuji oleh Allah dengan lenyapnya harta, penyakit, ditinggalkan keluarga, anak serta dijauhi oleh orang-orang terdekatnya. Ujian ini berjalan bukan satu atau dua hari, satu atau dua bulan, dan bukan pula satu atau dua tahun, melainkan selama delapan belas tahun.
Setelah delapan belas tahun berlalu, Nabi Ayub memohon kepada Allah SWT agar menghilangkan derita yang menimpanya, beliau pun berkata, “(Ya Tuhanku), Sesungguhnnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al-Anbiyaa: 83)
Rasulullah SAW bersabda, “Ayub pergi untuk buang hajat. Jika beliau buang hajat, istrinya menuntunnya sampai di tempat buang hajat. Suatu hari, Nabi Ayub terlambat dan Allah SWT mewahyukan kepada Ayub, "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shad: 42).
Istrinya menunggunya cukup lama. Dia menjumpai Ayub sambil memerhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya, dan Nabi Ayub dalam keadaan lebih tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat, dia langsung berkata, “Semoga Allah memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada kamu?” Ayub menjawab, “Akulah orangnya.”
Maka, Allah mewahyukan kepada Ayub agar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu beliau melakukannya. Tiba-tiba memancarlah air yang sejuk dari dalamnya kemudian Ayub mandi daripadanya dan ia juga meminum air itu. Dengan izin Allah SWT, seluruh luka dan penyakit yang dirasakannya sembuh. Seluruh penyakit yang ada di dalam tubuhnya pun keluar dan dirinya kembali sehat seperti sedia kala dan tampaklah ia sebagai orang yang rupawan.
Ingatlah, kesulitan dan ujian hidup membuktikan kualitas iman seseorang. Buah dan kesabaran Nabi Ayub adalah kebaikan di dunia dan akhirat. Allah SWT menyembuhkan penyakit beliau dengan mengembalikan kesehatannya dan memberinya harta yang melimpah serta keturunan yang saleh.