REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Puluhan kepala keluarga (KK) di kawasan Bukit Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengungsi akibat tanah longsor dampak bencana badai Siklon Cempaka dan hujan deras pada Rabu (20/12).
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Gusdi Hartono mengatakan jumlah yang mengungsi ada 71 KK yang tersebar di empat titik lokasi pengungsian. "Kecamatan yang warganya harus mengungsi, yakni Girimulyo, dan Kalibawang, totalnya ada 71 KK," kata Gusdi di Kulon Progo, Jumat (22/12).
Adapun rincian lokasi pengungsian yakni, Dusun Ngroto, Pendoworejo, Girimulyo ada enam KK. Mereka bersedia rumahya direlokasi, karena rumahnya tertimbun tanah beberapa waktu lalu. Kemudian, Dusun Gedong, Desa Purwosari (Girimulyo) ada 26 KK, dan Dusun Bulu, Desa Giripurwo (Girimulyo) sebanyak 19 KK.
"Sebanyak 51 KK ini rumahnya terkena tanah longsor, dan tanahnya ambles sepanjang 200 meter. Kejadian kerusakan ini dampak dari badai Siklon Cempaka," kata dia.
Selanjutnya, kata Gusdi, sebanyak 20 KK atau 59 jiwa di Dusun Klepu, Banjararum, Kalibawang, harus mengungsi. Mereka mengungsi sejak Rabu (20/12) di SD Kemejing, Kalibawang, karena rumah mereka retak dan tertimpa tanah longsor.
"Logistik bagi pengungsi sudah ditangani Kampung Siaga Bencana (KSB) Banjararum. Sejauh ini, belum ada pengajuan penambahan logistik, artinya ketersediaan logistik aman," katanya.
Gusdi mengatakan BPBD telah memasang 10 alat peringatan diini (EWS) di titik-titik kritis di Kecamatan Girimulyo yang potensial longsor. "Alat sudah dipasang, sehingga kalau terjadi tanah longsor, langsung dapat memberikan tanda-tanda kepada masyarakat," katanya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo Suhardiyana mengatakan enak KK di Ngroto sementara ini mengungsi di tempat saudara. Kemudian, 45 KK di Purwosari dan Giripurwo mengungsi saat hujan, kalau tidak mereka kembali ke rumah masing-masing.
"BPBD tetap memantau pengungsi, baik dari logistik dan keselamatan mereka," katanya.