Jumat 22 Dec 2017 13:41 WIB
Refleksi Akhir Tahun 2017 Kantor Kemanag DKI Jakarta

Ketua FKUB: Warga Kota Jakarta Rukun dan Toleran

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri, dan Pengamat Politik Lima (Lingkar Madani),
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri, dan Pengamat Politik Lima (Lingkar Madani),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan umat beragama di Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2017 berlangsung  rukun, tanpa gangguan yang berarti. Warga kota Jakarta meskipun berbeda-beda agamanya, mampu hidup dengan rukun dan toleran. 

Demikian disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Ahmad Syafi’i Mufid saat  Konferensi Pers Refleksi Akhir Tahun Kerukunan Umat Beragama DKI Jakarta, di kantor FKUB DKI Jakarta.  Syafi’i menjelaskan, bahwa fakta tersebut sekaligus membantah banyaknya informasi di lini masa yang menyatakan bahwa kehidupan beragama di DKI Jakarta jauh dari kata rukun.

“Ada informasi yang menyatakan bahwa kehidupan beragama di DKI Jakarta jauh dari kata rukun. Bahkan ada yang menyatakan bahwa tingkat toleransi di DKI Jakarta  paling rendah daripada provinsi lainnya,” ujar Syafi’i, kemarin.

Kenyataan yang ditemukan oleh FKUB DKI Jakarta di lapangan, ternyata amat berbeda.  “Ternyata kehidupan hubungan beragama di Jakarta itu rukun sekali, bila sekiranya ada riak-riak sedikit, itu wajar,” imbuh  Syafi’i.

Menurut Syafi’i, kesimpulan ini diperoleh setelah para tokoh dari majelis-majelis agama yang tergabung dalam FKUB DKI Jakarta turun langsung  ke seluruh pelosok DKI Jakarta. Para tokoh majelis agama ini, selama setahun terakhir melakukan berbagai safari-safari untuk mengamati perilaku kehidupan antar umat beragama di seluruh penjuru ibu kota.

“Kami sebagai tokoh agama mencermati berbagai media, termasuk media sosial dan membandingkan dengan realitas yang ada,” ungkap Syafi’i. 

Selama satu tahun ini pula, FKUB DKI Jakarta telah melakukan upaya “Bina Damai” bersama tokoh dan pemuka agama dari berbagai agama dan komunitas. Beberapa kegiatan yang dilakukan guna mewujudkan masyarakat Jakarta yang rukun dan damai antara lain adalah, dilaksanakannya dialog lintas agama, pembuatan program Sekolah Agama-Agama Bina Damai (SABDA), safari kamtibnas jelang pilkada DKI Jakarta, serta beberapa program lainnya.

Toleransi di Kota Jakarta terbilang baik, hal ini juga dibuktikan dengan dikeluarkannya rekomendasi pembangunan 12 rumah ibadah di DKI Jakarta. “Tahun ini kami menerima 13 permohonan rekomendasi pendirian rumah ibadah. Karena 1 pengajuan baru saja masuk di pertengahan Desember, maka kami sampai saat ini sudah mengeluarkan rekomendasi terhadap 12 rumah ibadah,” ujar Syafi’i.

Dari 12 rekomendasi pendirian rumah ibadah tersebut, terdiri dari tujuh rekomendasi pendirian gereja, dan lima rekomendasi pendirian masjid. “Ini menjadi bukti, bahwa masyarakat Jakarta, sangat toleran. Karena, rekomendasi yang dikeluarkan oleh FKUB berdasarkan kesediaan warga,” ujarnya.

Menurut pria yang telah 10 tahun berada di FKUB DKI Jakarta, sejak FKUB berdiri tahun 2007, FKUB DKI Jakarta telah mengeluarkan 93 rekomendasi pendirian rumah ibadah. “Pengajuan paling banyak, adalah pengajuan pendirian gereja. Ini harus diungkap. Karena, pada masyarakat Jakarta yang warga nya mayoritas muslim, kenyataanya tidak ada penolakan untuk pendirian rumah ibadah bagi umat lainnya. Maka, apa masih warga Jakarta disebut tidak toleran,” ujarya.

Salah satu ujian toleransi umat beragama di DKI Jakarta, menurut Syafi'i, terjadi pada masa Pilkada DKI Jakarta. Menurutnya, pada masa Pilkada DKI Jakarta ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan kerukunan di DKI Jakarta, tapi warga Jakarta tidak terprovokasi dengan hal-hal tersebut.

"Tak ada peristiwa bentrokan tajam selama Pilkada DKI Jakarta. Bila ada beberapa masalah kerukunan yang muncul, lebih disebabkan dengan proses komunikasi yang terhambat. Hal tersebut, dengan bantuan sejumlah tokoh agama serta pemerintahan kota Jakarta, baik Pemda DKI Jakarta maupun Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, berhasil diselesaikan dengan baik," tegasnya.

Atas capaian sikap toleran dan rukun tersebut, FKUB  DKI Jakarta mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga DKI Jakarta serta seluruh pihak yang telah bekerja sama dengan FKUB DKI Jakarta untuk menjaga kerukunan di ibukota.

“FKUB  DKI Jakarta  berharap kehidupan umat beragama DKI Jakarta  di tahun 2018 lebih baik, lebih rukun, lebih damai. Kerjasama lintas agama pun dapat  tumbuh lebih banyak lagi,” harap Syafi’i.

Kehidupan warga rukun

Menanggapi hal tersebut, Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta memberikan apresiasi terhadap peran FKUB  bagi terciptanya kerukunan umat beragama di ibukota. “Dengan adanya FKUB kita merasa terbantu. Mudah-mudahan ke depan kita bisa bekerjasama dengan FKUB ini sehingga program-program kerukunan kita dapat terlaksana dengan lebih baik,” ujar Taufik yang hadir dalam Konferensi Pers mewakili Plt. Kakanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta.

Salah satu program yang dilakukan sebagai  bentuk kerja sama Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dengan FKUB DKI Jakarta, adalah memberikan pendidikan mengenai bina damai kepada penyuluh-penyuluh fungsional dalam bingkai Sekolah Agama-Agama Bina Damai (SABDA).

Menurut Taufik, pendidikan bina damai semacam ini penting dimiliki oleh para penyuluh agama. Karena dalam program SABDA yang telah dilaksanakan,  dikumpulkan sejumlah penyuluh yang berasal dari berbagai agama maupun majelis agama yang berbeda-beda, untuk mencari titik temu pemikiran. Ini tentunya dapat membuka wawasan para penyuluh agama.

“Karena dibutuhkan pemahaman, bukan hanya pemahaman agama sendiri. Tapi mereka juga dapat memahami persamaan dan perbedaan agama yang lain,” lanjut Taufik.

Manfaat SABDA juga diungkapkan oleh salah satu penyuluh fungsional yang merupakan alumni SABDA, Ida Mulyaningrum. “Ketika saya ikut SABDA sangat luar biasa. Karena bisa bertemu dengan rekan penyuluh dari berbagai agama yang berbeda, dan akhirnya memiliki satu pandangan untuk terciptanya toleransi dan kerukunan serta kehidupan masyarakat  jakarta yang damai,” ujar Penyuluh Agama Buddha ini menjelaskan.

Ke depan, Taufik berharap, kerja sama antara Kanwil Kemenag DKI Jakarta dapat berjalan dengan lebih baik dan berkelanjutan. “Kita masih butuh SABDA, karena kemarin baru sekitar 30 orang, sementara penyuluh agama di DKI Jakarta ribuan. Mudah-mudahan di tahun yang akan datang, masih akan ada penyuluh-penyuluh kita yang ikut belajar di SABDA,” harap Taufik.

Turut hadir mendampingi Syafi’i Mufid dalam konferensi pers, sejumlah tokoh majelis tinggi agama. Diantaranya, Syarif Tanudjaya (Wakil Ketua FKUB), Taufiq Rahman Azhar (Sekretaris FKUB), Elisman Ilyas (Anggota FKUB), Pdt. Liem Wira Wijaya (WALUBI), Xz. Djaengrana Ongawijaya (MATAKIN), Romo Antonius Suyadi (Keuskupan Jakarta), Pdt. M.E. Raintung (PGI), Pedanda Panji Sogata (PHDI), serta Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta Taufik.

sumber : kemenag.go.id
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement