REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Delapan orang ditetapkan sebagai tersangka setelah penyitaan 1,2 ton narkoba jenis sabu dari sebuah kapal yang dicegat lepas pantai Geraldton, Australia Barat.
Polisi memperkirakan narkoba yang disita dalam operasi tersebut memiliki nilai 1,04 miliar dolar AS. Ini merupakan penangkapan terbesar narkoba di Australia, melampaui penyitaan 903 kilogram di Melbourne awal tahun ini.
Kepolisian Federal Australia dan Joint Organised Crime Task Force Australia Barat telah memantau kapal bernama Valkoista, ketika tiba di pelabuhan Geraldton, 400 kilometer sebelah utara Perth, sekitar pukul 02.00 pagi kemarin.
Polisi menuduh narkoba tersebut kemudian diturunkan ke mobil van putih sesaat sebelum pukul 04.00. Petugas polisi taktis mencegat van begitu meninggalkan dermaga.
Tiga orang yang berada dalam van ditangkap pada saat itu. Polisi kemudian menaiki kapal dan menangkap tiga awak kapal.
Polisi menuduh 59 tas masing-masing berisi sekitar 20 kilogram methamphetamine yang disita dari van. Tas lainnya berisi narkoba 20kg juga diduga ditemukan di atas kapal.
Operasi merupakan bagian dari operasi nasional yang menargetkan penyelundupan narkoba - yang biasa dikenal dengan sabu - ke Australia. Warga sekitar kemarin menyaksikan petugas mengeluarkan sejumlah paket tertutup dari kapal di marina Geraldton.
Delapan orang tersangka
Enam dari mereka yang berusia antara 33 dan 52 tahun, dikenai bea masuk dengan mengimpor sejumlah komersial obat yang dikendalikan oleh perbatasan yang diduga diimpor secara tidak sah.
Patrick Leandro dan Chrstios Cafcakis, dari Australia Selatan, dan Sliwa Waseem Hermiz, Elia Khalid Keana, Anthony Serupepeli Rasaubale dan Joshua Joseph Smith, dari New South Wales, masing-masing membuat penampilan singkat di Pengadilan Geraldton Magistrates.
Dua pria lain dari Australia Selatan kemudian ditangkap di sebuah hotel di pinggiran utara Perth Hillarys dan dikenai tuduhan mengimpor sejumlah komersial obat yang dikendalikan oleh perbatasan.
Sean Michael Dolman dan Stephen John Baxter, keduanya 37, muncul sebentar di Pengadilan Magistrat Perth pagi ini dan tidak diharuskan untuk meminta dikenai biaya impor obat pengontrol perbatasan.
Tak satu pun dari mereka mengajukan permohonan jaminan dan mereka diamankan dalam tahanan untuk tampil di pengadilan pada 17 Januari ketika enam terdakwa mereka juga dijadwalkan untuk tampil lagi. Pelanggaran tersebut membawa hukuman penjara seumur hidup maksimal.
Ini adalah kali kedua selama bertahun-tahun pihak berwenang telah mencegat kapal di lepas pantai Geraldton yang memiliki kaitan dengan perdagangan narkoba. Pada Mei 2016, kapal Mega Profits II ditangkap, setelah sebuah sindikat Cina dan Malaysia menggunakannya untuk menurunkan 182 kilogram es di bentangan pantai 30 kilometer selatan Port Denison.
Delapan orang tersangka
Enam dari tersangka yang berusia antara 33 dan 52 tahun, dikenai tuduhan mengimpor secara ilegal barang-barang terlarang. Mereka adalah Patrick Leandro dan Chrstios Cafcakis dari Australia Selatan, dan Sliwa Waseem Hermiz, Elia Khalid Keana, Anthony Serupepeli Rasaubale dan Joshua Joseph Smith dari New South Wales, masing-masing dihadirkan di pengadilan Geraldton Magistrates.
Dua tersangka lainnya dari Australia Selatan kemudian ditangkap di sebuah hotel di Hillarys, Perth utara, dan dikenai tuduhan yang sama. Sean Michael Dolman dan Stephen John Baxter, keduanya 37 tahun, dihadirkan di pengadilan Perth Magistrates pagi ini dan belum diminta untuk mengaku bersalah atas tuduhan terhadapnya.
Tak satu pun dari tersangka mengajukan permohonan tahanan luar dan mereka kini ditahan sebelum diajukan ke pengadilan pada 17 Januari ketika enam tersangka lainnya juga dijadwalkan untuk disidang. Pelanggaran mereka diancam hukuman penjara maksimal seumur hidup.
Tujuan pantai timur Australia
Wakil Komisaris Operasi AFP, Leanne Close, menjelaskan polisi terus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti. "AFP akan menuntut di pengadilan mereka ini bermaksud mendistribusikan narkoba di pesiri pantai timur Australia. Apa yang tidak diperhitungkan orang-orang ini yaitu respons penuh perhitungan dari oint Organised Crime Task Force Australia Barat yang didasarkan atas kekuatan dan kemampuan berbagai lembaga yang terlibat," paparnya.
Komandan Regional Pasukan Perbatasan untuk Australia Barat Rod O'Donnell memuji hasil kerja semua pihak yang terlibat, termasuk petugas perbatasan, AFP dan Kepolisian Australia Barat.
"Batas maritim Australia sangat luas dan sejumlah penjahat berpikir mereka dapat memanfaatkannya dan menghindari deteksi. Mereka keliru," ujarnya.
"Para penjahat ini harus selalu mengingat bahwa kami berada di dekatnya dan kita sedang mengamati," tambahnya.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.