Sabtu 23 Dec 2017 07:23 WIB

PBB Evakuasi Imigran Afrika ke Italia untuk Pertama Kalinya

Rep: Fira Nusyabani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas mengamankan puluhan migran Afrika yang ingin ke Eropa.
Foto: Boston.com
Petugas mengamankan puluhan migran Afrika yang ingin ke Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- PBB mulai mengevakuasi imigran Afrika dari sejumlah pusat penahanan di Libya yang kondisinya dinilai sangat tidak manusiawi, pada Jumat (22/12). Ini merupakan pertama kalinya UNHCR mengevakuasi langsung para pengungsi di Libya dan mengirimnya ke Eropa.

Ratusan ribu imigran Afrika telah melarikan diri dari konflik atau kemiskinan di negara mereka dan terjebak di Libya. Di Libya mereka berharap dapat membayar penyelundup manusia untuk bisa dikirim ke Eropa melalui Italia.

Pesawat militer C-130 Italia mendarat di sebuah bandara di selatan ibu kota Roma dengan membawa 110 wanita dan anak-anak. Sementara penerbangan kedua diperkirakan akan membawa lebih dari 50 pengungsi di hari berikutnya.

Mereka ditutupi selimut dan dibundel dengan mantel saat turun dari pesawat di malam yang dingin. "Kami sangat berharap negara-negara lain akan mengikuti jalur yang sama," ujar Vincent Cochetel, Utusan Khusus UNHCR untuk Mediterania Tengah, setelah pesawat pertama tiba.

"Beberapa dari mereka yang dievakuasi sangat menderita setelah ditahan dalam kondisi tidak manusiawi di Libya. Lima dari wanita ini bahkan harus melahirkan di dalam tahanan, dengan bantuan medis yang sangat terbatas," kata Cochetel.

UNHCR memperkirakan, sekitar 18 ribu imigran saat ini masih ditahan di pusat penahanan yang dikendalikan oleh pemerintah Tripoli. UNHCR berharap dapat mengevakuasi 10 ribu imigran di tahun depan.

Badan amal Gereja Caritas mengatakan, Gereja Katolik Italia akan menyediakan tempat penampungan bagi banyak pendatang baru di seluruh negeri. Hal ini akan dilakukan saat para migran dari Eritrea, Ethiopia, Somalia, dan Yaman menjalani proses permintaan suaka di negara tersebut.

Kedatangan imigran ke Italia telah menurun sebanyak dua pertiga sejak Juli, dari periode yang sama tahun lalu. Pejabat yang bekerja untuk pemerintah Libya yang didukung PBB di Tripoli telah membujuk penyelundup manusia di Kota Sabratha untuk berhenti membawa imigran.

Italia juga memperkuat kemampuan penjaga pantainya untuk mengembalikan kapal-kapal imigran dari Libya. Negara ini akan mengupayakan pintu masuk yang aman bagi para imigran setelah mendapat banyak kritik dari sejumlah kelompok HAM yang berupaya memerangi penyelundupan manusia.

"Hal ini harus menjadi titik kebanggaan bagi Italia. Ini baru permulaan, kami akan terus mencoba membuka koridor kemanusiaan," tutur Menteri Dalam Negeri Italia Marco Minniti.

Penyelundupan imigran telah semakin berkembang sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011. Lebih dari 600 ribu orang telah melakukan perjalanan berbahaya dengan melintasi Mediterania tengah dalam kurun waktu empat tahun.

UNHCR mengklasifikasikan imigran dari Libya ini sebagai pengungsi "rentan", yang berarti mereka adalah anak-anak, korban pelecehan, wanita, orang tua, atau penyandang difabel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement