REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin berpesan, agar harmoni antar umat beragama di Pulau Dewata Bali tetap terpelihara. Karena, setitik noda konflik di Bali akan mudah tersebar luas ke sentero dunia dan bahkan dunia.
Demikian dikatakan Din Syamsuddin dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (23/12). Din melakukan dialog bersama 150-an tokoh lintas agama se-Bali di Puri Den Bencingah, Klungkung, Bali, 22/12.
Hadir pada kesempatan tersebut Tuan Rumah, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua FKUB Bali sekaligus Ketua Umum Asosiasi FKUB se Indonesia, Ketua Umum Parisade Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, para pimpiman majelis2 agama (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan MATAKIN), wakil PWNU, PW Muhammadiyah, serta para aktifis perempuan dan pemuda lintas agama Bali.
Sebagai UKP-DKAAP, Din Syamsuddin yang aktif berkeliling bersilaturahmi ke simpul-simpul kerukunan di berbagai daerah memandang penting ke Bali. Mengingat pulau ini bermayoritas penduduknya beragama Hindu ini terdapat komunitas agama-agama lain yang cukup signifikan dan telah hidup berdampingan secara damai sejak lama.
"Sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali selama ini dikenal di dunia dengan derajat kerukunan yang cukup tinggi," ucap Din.
Din memberi apresiasi terhadap tingginya rasa saling pengertian antara umat Hindu dan umat agama-agama lain di Bali. "Modal dasar penting yang harus dipelihara dengan baik terutama terhadap upaya segelintir orang yang berwawasan sempit dan eksklusif yang cenderung memecahbelah masyarakat," ucapnya.
Maka, menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, dialog adalah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Kita semua harus meyakini dan menerapkan jalan dialog. Namun dialog itu harus bersifat dialogis, yakni berlangsung atas asas ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, utk penyelesaian masalah, ungkapnya. Antara agama-agama jelas ada perbedaan, tapi juga banyak persamaan. "Dialog antar agama tidak bertujuan untuk menyamakan perbedaan itu, tapi juga tidak untuk membedakan persamaan yang ada," jelasnya.
Terpenting, kata Din, walaupun berbeda agama namun tetap bersaudara, baik sebagai anak bangsa maupun sebagai anak manusia ciptaan Tuhan.Untuk itu, yang juga pendiri Inter Religious Council/IRC Indonesia, bangsa Indonesia perlu terus menerus mengacu kepada Pancasila yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan dan agama.
"Umat beragama tidak perlu ragu terhadap Pancasila, karena nilai dalam Pancasila bersesuaian dengan agama. Karenanya, Pancasila adalah titik temu pandangan umat berbagai agama," ucapnya.
Ida Penglengsir Agung Putra Sukahet menyambut baik kedatangan Utusan Khusus Presiden Din Syamsuddin ke Puri Den Bencingah di Klungkung dan menjelaskan bahwa kerukunan adalah keharusan dalam kehidupan bangsa, dan musyawarah adalah keharusan untuk kerukunan.
Dialog Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama dan adat berlangsung akrab dan terbuka. Sejumlah wakil dari agama secara bergantian memberi tanggapan positif dan menyambut baik ajakan untuk meningkatkan kerukunan dan dialog dalm menyelesaikan masalah.