Ahad 24 Dec 2017 02:30 WIB

Din Syamsuddin Minta Harmoni di Bali Terus Dipelihara

Rep: Fergie Nadira/ Red: Esthi Maharani
Din Syamsuddin
Foto: Istimewa
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, BALI - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin berpesan agar harmoni antar umat beragama di Pulau Dewata Bali selalu terpelihara. Jika setitik noda konflik ada di Bali, maka akan mudah tersebar luas di Nusantara bahkan dunia.

Sebagai UKP-DKAAP, Din Syamsuddin yang aktif berkeliling bersilaturahmi ke simpul-simpul kerukunan di berbagai daerah, memandang penting Bali sebagai kerukunan antar umat beragama. "Di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini terdapat komunitas agama-agama lain yang cukup signifikan dan telah hidup berdampingan secara damai sejak lama," kata Din Syamsyuddin dalam dialog antar tokoh agama, di Puri Den Bencingah, Bali, Jumat (22/12).

Sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali selama ini dikenal di dunia dengan derajat kerukunan yang cukup tinggi. Ia mengapresiasi terhadap tingginya rasa saling pengertian antara umat Hindu dan umat agama-agama lain di Bali, yang bahkan terjadi pada tingkat desa di beberapa tempat di Bali.

Hal ini, menurut Din, adalah modal dasar penting yang harus dipelihara dengan baik terutama terhadap upaya segelintir orang yang berwawasan sempit dan eksklusif yang cenderung memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, dialog adalah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.

"Kita semua harus meyakini dan menerapkan jalan dialog. Namun juga dialog itu harus bersifat dialogis, yakni berlangsung atas asas ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, untuk penyelesaian masalah," katanya.

Yang terpenting menurutnya adalah masyarakat bersaudara, baik sebagai anak bangsa maupun sebagai anak manusia ciptaan Tuhan. Untuk itu, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI pusat itu, bangsa Indonesia perlu terus menerus mengacu kepada Pancasila yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan dan agama.

"Pancasila adalah titik temu pandangan umat berbagai agama, kita jaga sama-sama," katanya.

Sementara itu, Tuan Rumah Ida Penglengsir Agung Putra Sukahet menyambut baik kedatangan Utusan Khusus Presiden Din Syamsuddin ke Puri Den Bencingah di Klungkung (sejam dari Denpasar). Ia juga menjelaskan kerukunan adalah keharusan dalam kehidupan bangsa, dan musyawarah adalah keharusan untuk kerukunan warga negara.

Dalam dialog bersama 150 lebih tokoh lintas agama se Bali di Puri Den Bencingah, Klungkung, Bali, Jumat (22/11), turut hadir Sukahet, Ketua FKUB Bali sekaligus Ketua Umum Asosiasi FKUB se Indonesia, Ketua Umum Parisade Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, para pimpiman majelis2 agama (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan MATAKIN), wakil PWNU, PW Muhammadiyah, serta para aktifis perempuan dan pemuda lintas agama Bali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement