REPUBLIKA.CO.ID,ZAMBOANGA-- Badai tropis di Filipina selatan mengakibatkaan banjir bandang yang menyapu bersih warga dan rumah-rumah mereka dan memicu terjadinya tanah longsor. Dilaporkan bencana alam tersebut menyebabkan ratusan orang tewas dan 160 lainnya hilang.
Menurut laporan awal dari pemerintah yang dirilis pada Sabtu (23/121), sebagian besar korbaan jiwa akibat badai tropis Tembin itu berada di provinsi Lanao del Norte yangparah dan Lanao del Sur dan juga di Semenanjung Zamboanga. Ini adalah bencana terakhir yang menimpa Filipina, di mana negara ini selalu dihantam sekitar 20 topan dan badai setiap tahunnya. Karena negara tersebut terletak di daerah topanPasifik, sehingga menjadi salah satu negara yang rawan terjadi bencana didunia.
Saat ini sedang dilakukan operasi penyelamatan dan pencarian warga yang hanyut oleh banjir bandang di desa nelayan Anungan. Menurut Wali Kota Sibuco, Bong Edding, operasi pencarian itu untuk mencari lebih dari 30 orang dari desa nelayan tersebut, dan sejauh ini sudah ditemukan lima jenazah.
Banjir dari gunung turun begitu cepat dan menyapu bersih warga dan rumah. Ini sangat menyedihkan karena Natal hanya beberapa hari lagi, tapi hal-hal ini terjadi diluar kendali kita, ujar Edding, dikutip Associated Press, Ahad (24/12).
Edding menyalahkan penebangan pohon di pegunungan dekat Anungan yang dilakukan selama bertahun-tahun, yang kemudian mengakibatkan tragedi bencana pada Jumat (22/12) tersebut. Dia berkomitmen bahwa pihaknya akan bergerak untuk menghentikan operasi penebangan pohon.
Sementara itu di Lanao del Norte dan Lanao del Sur, petugas mengatakan banjir juga datang dari pegunungan yang kemudian menyapu rumah-rumah di tepi sungai dan penduduk desa. Petugas Lanao del Norte melaporkan korban tewas mencapai 64 orang yng menjadi rekor tertinggi korban tewas kali ini, dengan 139 orang hilang.
Kemudian di provinsi Zamboanga del Norte dilaporkan setidaknya ada 29 korban tewas dan 19 lainnya hilang akibat badai. Sedangkan di Lanao del Sur terdapat 21 orang korban tewas dan satu orang hilang di provinsi tepi danau Lanao del Sur, menurut laporan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Ribuanpen duduk desa pindah ke tempat penampungan darurat dan ribuan lainnya terdampar di bandara dan pelabuhan setelah penjaga pantai melarang kapal-kapal feri untuk berlayar di laut lepas dan beberapa penerbangan dibatalkan. Sebuah kapal feri antar pulau tenggelam di bagian timur laut provinsi Quezon, Kamis, setelah dilanda angin kencang dan ombak besar, ini menyebabkan sedikitnya lima orang tewas. Lebih dari 250 penumpang dan awak kapal berhasil diselamatkan.
Di negara tersebut badai ini dikenal sebagai Vinta. Ini diperkuat menjadi topan dan meningkat pada Sabtu malam, yang menghembuskan angin kencang dengan kecepatan maksimum 120 kilometer pe jam dan hembusan hingga 90 mil per jam. Bencana ini melanda bagian selatan provinsi Palawan barat pada Sabtu malam dan diperkirakan akan melepaskan dari Filipina selatan pada Ahad menuju Laut Cina Selatan.
"Sangat disayangkan bahwa siklon tropis lainnya, Vinta, membuat kehadirannya terasa begitu dekat dengan Natal," kata juru bicara kepresidenan Harry Roque Jr. Dia menambahkan bahwa paket bantuan makanan dan lainnya sudah didistribusikan ke masyarakat yang terdampak.
Awal pekan ini, badai tropis menewaskan lebih dari 50 orang dan 31 lainnya hilang, sebagian besar karena tanah longsor, dan merusak lebih dari 10 ribu rumah di Filipina tengah sebelum melemah dan bertiup ke Laut Cina Selatan. Di antara daerah-daerah yang dilanda badai adalah Marawi, sebuah kota tepi danau di Lanao del Sur yang masih dalam pemulihan dari pengepungan oleh kelompok ekstremis selama lima bulan yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.