REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh Hasanul Rizqa
Masjid Ramlie Musofa terletak di kawasan perumahan Jalan Danau Sunter Raya Selatan Blok I/10 12C-14A, Jakarta Utara. Sekilas, bangunan ini mirip Taj Mahal, satu dari tujuh keajaiban dunia yang berada di India. Menurut Sofian, putra dari pendiri masjid ini, yaitu H Ramli Rasidin, ada alasan di balik kemiripan ini.
Menurut Sofian, jika Taj Mahal adalah monumen lambang cinta seorang raja terhadap istrinya, sang ayah berharap masjid ini juga sebagai lambang cinta beliau terhadap, pertama, Allah SWT. Kedua, terhadap Islam. Ketiga, terhadap keluarga.
Nama masjid ini, Ramli Musofa, merupakan penggalan nama-nama ang go ta keluarga H Ramli Rasidin. Dimulai dari Ra, yang berarti nama Ramli Rasidin. Li untuk nama istriya, Lie Njoek Kim. Mu untuk nama anak pertama, yakni Muhammad. So untuk nama Sofian sebagai anak kedua. Kemudian, Fa untuk si bungsu Fabian.
Pemasangan pancang pertama dilakukan pada 2011. Pembangunan masjid ini sempat terkendala sekitar dua tahun. Baru pada Mei 2016 lalu, akhirnya Masjid Ramli Musofa diresmikan oleh Prof Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal) dan H Ramli Musofa.
Dalam pembangunannya, keluarga H Ramli hanya memakai bahan dan desain yang terbaik. Selain terinspirasi bangunan Taj Mahal, H Ramli dan keluarganya juga sempat melakukan umrah dan berjalan- jalan ke Masjid Nabawi di Madinah. Dari sana, beberapa detail mereka potret untuk ditunjukkan kepada arsitek Julius Danu yang non-Muslim.
Sofian menjelaskan, baik pihak arsitek maupun kontraktor masjid ini bukanlah non-Muslim. Julius Danu merupakan rekanan yang juga merancang kediaman pribadi H Ramli.
Sofian mengaku, enggan menyebut berapa banyak biaya pembangunan masjid ini. Sesuai pesan Sang Ayah, niat membangun masjid hanya untuk Allah SWT. Dari Allah, untuk Allah, dan kepada Allah SWT. Itu saja niat kita.
Secara fisik, Masjid Ramli Musofa memiliki tinggi sekitar 30 meter. Bangunan masjid ini terdiri atas empat tingkat. Warnanya didominasi putih. Ruang utama untuk shalat terletak di lantai dua. Untuk mencapainya, ada tangga utama di bagian depan masjid.
Di hadapannya, ada guratan Surah al- Qariah dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa mandarin. Di sisi kanan dan kiri tangga utama, tergurat surah al-Fatihah, juga dalam tiga bahasa: Arab, terjemahan bahasa Indone sia dan bahasa mandarin. Sofian menjelaskan, ada makna tersendiri dari penempatan kedua surat tersebut.
Dia menjelaskan, surah al-Qari'ah itu untuk mengingatkan, akhirat itu benar adanya. Maka, berbuat baiklah selagi ada waktu di dunia. Kemudian, menaiki tangga, di kanan-kiri ada surah al-Fa tihah. Maknanya, mengingatkan doa, ihdina ash- shiraat al-mustaqim. Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus.
Karena, kita hanya bisa mengingat kan. Kita tak bisa memaksa. Manusia ha nya bisa berdoa. Yang menentukan sega lanya pada akhirnya hanya Allah, kata Sofian.