Senin 25 Dec 2017 11:33 WIB

Kebijakan Moneter Thailand Tetap Akomodatif

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Istana Raja Thailand. (ilustrasi)
Foto: The History Hub
Istana Raja Thailand. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,CHIANG MAI -- Para pimpinan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve memberikan sinyal kuat kenaikan suku bunga acuan secara bertahap. Menanggapi hal tersebut, Bank Sentral Thailand tetap akan melanjutkan kebijakan moneter yang akomodatif untuk membantu pemulihan ekonomi negara tersebut.

"Kebijakan moneter Thailand harus kondusif bagi pemulihan ekonomi," kata Gubernur Bank of Thailand, Veerathai Santiprabhob dilansir Reuters, Senin (25/12).

Veerathai menyatakan pertumbuhan ekonomi masih harus dipertahankan dan untuk sementara tidak ada kekhawatiran terhadap tekanan inflasi. Bank Sentral Thailand tidak khawatir dengan arus keluar modal setelah kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Sebab, posisi eksternal Thailand tetap kuat dengan cadangan devisa yang tinggi.

Namun menurut Veerathai, Bank of Thailand harus memantau laju inflasi dan kenaikan suku bunga di negara-negara besar lainnya. Bank sentral meramalkan inflasi utama sebesar 0,7 persen pada tahun ini dan 1,1 persen di 2018.

Sebagian besar analis memperkirakan, tidak ada perubahan kebijakan yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Thailand pada 2018. Pada Rabu (20/12) lalu, Bank Sentral Thailand menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk keempat kalinya dari 3,8 persen menjadi 3,9 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu sebesar 3,2 persen dan masih tertinggal dengan negara lain di kawasan regional.

Diketahui, Federal Reserve memberikan sinyal kuat kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada akhir tahun ini. Hal tersebut menyusul data serapan tenaga kerja AS yang mengecewakan pada September 2017 lantaran dampak sejumlah bencana badai. Selain itu, ekspektasi kenaikan inflasi AS juga masih tidak berubah.

Data serapan tenaga kerja AS turun pada September 2017, pertama kalinya dalam 7 tahun. Namun, angka pengangguran juga turun ke 4,2 persen dan upah per jam naik di atas ekspektasi.

Bulan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan dan mengumumkan dimulainya penurunan neraca sebesar 4,5 triliun dollar AS. Namun, pasar mengekspektasikan kenaikan suku bunga acuan lagi pada Desember 2017.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement