Selasa 26 Dec 2017 14:08 WIB

Arah Riset Nasional Harus Mengacu pada Triple Helix

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi
Foto: scientificjournal.com
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong semua peneliti mengacu pada pendekatan triple helix dalam melakukan riset. Artinya, riset yang diangkat harus memiliki gagasan utama yang mensinergikan kekuatan antara akademisi, bisnis dan pemerintah.

Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mufti menegaskan, riset yang dihasilkan harus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

"Arah riset kita dengan pendekatan triple helix agar bermanfaat untuk kesejahteraan dan kemanusiaan," kata Ghufron kepada Republika.co.id, Senin (26/12).

 

Oleh karena itu, dia mengimbau agar tidak ada lagi peneliti yang membuat riset hanya untuk kepentingan titel saja. Namun, semua peneliti harus mementingkan segi manfaat dari penelitian atau riset yang diangkat.

 

"Manfaat dan dampak bagi masyarakat dan perkembangan teknologi yang utama, itu harus jadi tujuan utama semua peneliti," ujar Ghufron.

 

Sebelumnya Guru Besar dari Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf tidak menampik, saat ini banyak sekali riset-riset yang hanya berakhir menjadi 'kenangan' saja. Bukan hanya tidak bermanfaat, tapi riset tersebut tidak pernah dibaca.

 

Menurut dia, pemerintah perlu segera mengevaluasi dan mengkaji problematika tersebut. Dengan tujuan, agar marwah penelitian bisa kembali dijunjung.

 

"Begitu jadinya kalau pengelolaan tidak baik, riset juga berakhir 'sejarah' saja, hanya dikenang. Tanpa meninggalkan manfaat yang ril," jelas Maswadi yang juga dikenal sebagai pengamat pemerintahan itu.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement