Rabu 27 Dec 2017 07:30 WIB

Arab Saudi Tolak Permohonan Visa Tujuh Pemain Catur Israel

Suasana turnamen catur internasional di Riyadh, Arab Saudi.
Foto: BBC.com
Suasana turnamen catur internasional di Riyadh, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sebuah turnamen catur internasional kini tengah diselenggarakan di Arab Saudi. Namun, pada saat yang sama memunculkan kontroversi  setelah negara itu menyatakan menolak visa permohonan visa pemain catur asal Israel.

Seperti dlansir BBC.com, seorang pejabat Saudi telah mengatakan permohonan visa tidak dapat dikabulkan karena kerajaan tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Akibat, adanya keputusan penolakan tersebut, Federasi Catur Israel menyatakan akan menuntut kompensasi secara finansial kepada pihak penyelenggara turnamen, yakni Arab Saudi.cSeorang pemain catur perempuan yang sempat menjadi juara dunia dua kali pada turnamen catur juga ada yang mengatakan memang akan memboikot turnamen tersebut. Namun alasannya bukan karena adanya penolakan visa, tapi  karena dia tidak ingin mengenakan ‘abaya’ atau pakaian waninta Arab Saudi bila bepergian atau berada di tempat umum.

Pemaia catur Ukraina, Anna Muzychuk (27 tahun), mengatakan bahwa "meski mendapat hadiah uang rekor, dirinya tidak akan bermain di Riyadh. Bahkan ia merasa tak peduli jika itu berarti kehilangan dua gelar juara dunia.

Kejuaraan catur internasional yang bertajuk Raja Salman ‘World Rapid and Blitz’ itu menawarkan hadiah sebesar 750.000 dolar AS (560.000 France) untuk kategori umum, dan 250.000 dolar AS untuk kategori wanita.

Pihak Federasi Catur Dunia mengumumkan pada bulan November lalu bahwa pihak penyelenggara turnamen telah sepakat bahwa tidak perlu pemain catur wanita non Arab Saudi mengenakan jilbab atau abaya selama pertandingan".

Federasi tersebut menyatakan bilq turnqmen catur ini adalah acara olah raga internasional pertama yang digelar di Arab Saudi. Dan bagi pemerintah Arab Saudi adanya  turnamen ini penting untuk menunjukan kepada publik dunia mengenai adanya perubahan di negaranya. Ini misalnya adanya pemberian hak-hak yang lebih luas kepada warga negara wanitanya, seperti bisa menyopir mobil sendiri.

Sementara itu, pada saat tujuh pemain catur dari Israel dipastikan tidak akan bisa mengikuti turnamen karena permohonan visanya ditolak, justru permohonan visa pemain catur asal negara yang selama ini dianggap oleh Arab Saudi  malah dikaulkan. Pemain catur asal Qatar dan Iran menjadi bisa ikut menjadi pesertanya. Meski begitu permohonan visa para pemain dari kedua negara ini diberikan pada menit-menit terakhir.

Memang sebelum adanya penolakan permohonan visa oleh Arab Saudi itu, awalnya pihak badan catur Israel sempat percaya bila para pemainnya diizinkan hadir, meski kedua negara tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik.

Namun keyakinan itu tidak terbukti ketika permohonan visa ketujuh pemain caturnya kemudian ditolak.  Dan sebagai akibat penolakan ini maka mereka pun langsung menuduh bila pemerintah Arab Saudi melakukan tindakan yang menyesatkan Federasi Catur Dunia. Ini karena negara ‘kaya minyak ini’ sebelumnya telah dipilih untuk menjadi tuan rumah turnamen catur tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement