Rabu 27 Dec 2017 11:07 WIB

Asisten Pribadi Almarhum Yasser Arafat Ditahan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Yasser Arafat
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Yasser Arafat

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina dilaporkan telah menahan Brigadir Jenderal al-Dayya. Ia merupakan pejabat di Dinas Keamanan Nasional sekaligus mantan asisten pribadi almarhum Yasser Arafat, presiden Palestina pertama.

Menurut sumber lokal yang dikutip Middle East Monitor, Rabu (27/12), Otoritas Intelijen Palestina menangkap al-Dayya beberapa hari lalu di Ramallah karena telah mengkritik kebijakan pemerintah. Dia dilaporkan juga melakukan aksi mogok makan sebagai upaya protes terhadap penahanan sewenang-wenang terhadapnya.

Keluarga al-Dayya mengatakan dalam sebuah pernyataan, "kami terkejut dengan penangkapan anak militan kami yang tidak adil ilegal, Brigjen Mohammed al-Dayya, oleh Dinas Intelijen Militer Palestina empat hari lalu."

Sudah bukan rahasia umum al-Dayya adalah asisten pribadi Yasser Arafat selama misi perjalanannya. Dia berkeliling dunia untuk menyampaikan pesan dari rakyat Palestina yang ingin bebas mewujudkan kepentingan Palestina.

"Dia dikenal karena transparansi, rasa kemanusiaan dan perjuangan yang terus-menerus untuk mewujudkan hak-hak rakyat Palestina. Dia tidak memiliki agenda untuk mengacaukan keamanan atau mendorong hasutan," ujar Keluarga al-Dayya.

Keluarga al-Dayya tersebut juga mengatakan bahwa mereka sempat menanyakan alasan penangkapannya. Petugas keamanan menjawab bahwa al-Dayya telah salah mengartikan halaman web dan mengkritik kebijakan pemerintah dan beberapa rekan dekat presiden.

Menurut mereka, tuduhan tersebut telah ditolak oleh al-Dayya selama interogasi. Mereka juga menceritakan bahwa keluarga dilarang untuk menjenguk al-Dayya di tahanan atau melakukan kontak, dan dia kini dipindahkan ke tempat yang tidak diketahui.

Pihak keluarga juga menuntut agar Intelijen Militer bertanggung jawab terhadap hidup al-Dayya yang sedang melakukan aksi mogok makan. Mereka juga meminta Presiden Mahmoud Abbas dan semua pihak untuk segera membebaskannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement