REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menguji delapan prototipe dinding perbatasan yang akan dibangun di daerah perbatasan dengan Meksiko. Prototipe dinding setinggi 30 kaki atau sekitar 9,1 meter itu adalah bagian dari proyek kontroversial yang dikatakan Trump dapat memecahkan permasalahan imigrasi AS.
Delapan perusahaan konstruksi diberi kesempatan untuk menunjukkan contoh dinding yang mereka tawarkan untuk pembangunan dinding perbatasan tersebut.
Prototipe dinding perbatasan itu berdiri seperti monumen surealis di semak belukar California. Pejabat dari Perlindungan Cukai dan Perbatasan (CBP) sekarang sedang melakukan uji coba dinding-dinding yang telah ditawarkan tersebut.
Dinding perbatasan itu merupakan salah satu janji kampanye Trump yang dominan. Namun banyak yang meragukan bahwa pembangunan dinding sepanjang 2.000 mil itu realistis atau layak untuk dikerjakan. Menurut CBP yang diberi wewenang untuk mengerjakannya menyebutkan bahwa keberadaan dinding perbatasan itu dapat memberikan pesan psikologis.
"Perhatian terhadap prototipe ini yang diumumkan ke publik di seluruh dunia telah memberi Kami kemampuan untuk mengirim pesan. Pesan bahwa kami adalah negara yang indah, negara terhebat di dunia, dan bagi mereka yang ingin datang ke AS, kami sangat menyarankan agar memilih metode legal," kata kepala divisi CBP Mario Villarreal seperti dikutip Sky News, Rabu (27/12).
Sementara itu komentar sebaliknya datang dari kelompok advokat hak asasi manusia Enrique Moranes dari Border Angels. Menurut dia itu adalah dinding kebencian.
"Tanpa diragukan lagi bahwa ini adalah dinding kebencian. Ia mengatakan kepada dunia, 'lakukan seperti yang saya katakan bukan yang saya lakukan.' "Kami tahu bahwa sebagian masyarakat AS menentang dinding itu, tidak ada dana untuk itu, itu hanya pertunjukan," ujarnya.
Pejabat AS mengatakan bahwa adanya penghalang fisik di perbatasan antara AS dan Meksiko telah mengurangi jumlah imigran yang berusaha menyeberang secara ilegal. Pada 1980 tercatat ada 628 ribu orang yang ditangkap karena tindakan itu, sedangkan pada tahun lalu hanya 31 ribu orang.