REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang teman, kerabat, atau orang lain Menegur untuk Kebaikan Rasulullah memerhatikan kondisi orang yang akan ditegur sebelum memberikan teguran.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang timbul hal-hal yang kurang berkenan dilakukan oleh teman, kerabat, atau orang lain yang tidak sesuai norma di masyarakat dan agama. Tindakan itu bisa terjadi dengan sengaja atau tidak sengaja, dan dapat menganggu ketenteraman.
Adalah tugas seorang Muslim untuk memberikan teguran ataupun nasehat, jika sekiranya melihat seseorang berbuat kesalahan. Hal itu tidak bisa dibiarkan, sebab apabila dibiarkan, dikhawatirkan orang tersebut akan melakukan kesalahan yang sama di lain waktu dan tempat.
Menegur merupakan salah satu pendidikan serta tuntunan yang diajarkan Rasulullah kepada umat Muslim. Tujuan utamanya yakni sebagai koreksi atas segala kekeliruan tadi, serta mengingatkan bahwa masih ada upaya lain yang lebih bermanfaat untuk dikerjakan.
Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah kerap menegur sahabat, warga Muslim bahkan anak-anak ketika berlaku khilaf dan salah. Teguran itu disampaikan dengan berbagai cara serta memerhatikan situasi dan kondisi orang yang beliau tegur.
Ada kalanya, seperti ditulis dalam buku /Rasulullah Manusia Tanpa Cela/, beliau menegur melalui isyarat atau hanya memalingkan wajahnya. ''Bila keadaan memaksa, beliau memutuskan hubungan untuk sementara waktu atau menampakkan amarah di wajahnya,'' urai buku tersebut.
Dalam hadis riwayat Muslim, diuraikan bahwa Rasulullah pernah melihat Abdullah bin Umar yang mengenakan dua baju yang dicelup warna kuning. Melihat ini, Nabi SAW berkata, ''Apakah ibumu yang menyuruhmu memakai baju ini?'' Itu adalah contoh teguran Rasulullah dengan cara halus.