Kamis 28 Dec 2017 17:58 WIB

Setelah ORI, Menkes Klaim Kasus Difteri Menurun

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Winda Destiana Putri
Petugas mempersiapkan vaksin Difteri untuk pegawai Kementerian Dalam Negeri (kemendagri) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mempersiapkan vaksin Difteri untuk pegawai Kementerian Dalam Negeri (kemendagri) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Djoewita Moeloek mengklaim, pascadilakukan Outbreak Response Immunization (ORI), penderita Difteri terus mengalami penurunan. ORI dilakukan pada awal Desember di sejumlah provinsi seperti Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.

"Setelah ORI jelas menurun. Setiap daerah menemukan KLB dia sergap di daerah dia sendiri, begitu caranya. Sudah mulai menurun," kata Nila di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (28/12).

 

Nila menyatakan, ia tidak mengetahui secara rinci prosentase penurunan penderita. Namun, menurut dia, sejak 25 Desember 2017, pihaknya sudah tidak menerima peningkatan laporan terkait persebaran KLB Difteri. "Kita pakai laporan perminggu, memang minggu Desember pertama itu meninggkat tinggi kemudian drop di minggu terlahir," kata Nila.

 

Nila mengatakan, di setiap daerah, terdapat Public Health Emergency Organisation (PHEOC). Dari PHEOC ini, laporan mengenai penyebaran Difteri masuk. Untuk itu, Menkes meminta dari Dinkes daerah melalui PHEOC juga aktif menerima laporan.

 

Nila mengatakan, persediaan vaksin kita juga menyatakan pihaknya akan terus melakukan ORI. Vaksin untuk ORI sendiri disebutnya cukup. Saat ini tersedia 15,5 juta vaksin. Sementara Bio Farma juga tetap membuat.

 

"Jadi Bio Farma bekerja keras di tahun depan membuat karena kurang lebih berjumlah 42 juta jiwa kita harus tangani beri ORI. Tentu kita pastikan vaksin ini cukup dan buatan kita sendiri," kata Nila menambahkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya