Kamis 28 Dec 2017 20:20 WIB

Civil Society Jadi Gerakan Akar Rumput Unggulan Aisyiyah

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Fernan Rahadi
 Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini

REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjannah Djohantini mengatakan gerakan  memperkuat akar rumput  itu men­jadi sebuah gerakan civil society, yakni kesadaran untuk keberdayaan, yang sampai saat ini merupakan salah satu ung­gulan Aisyiyah.

Noordjannah mencontohkan,  di bidang sosial kemasyara­katan dengan merawat kehidupan di masyarakat menjadi ke­hidupan yang damai, yang tidak mudah terpicu konflik  melalui berbagai kegiatan. Misalnya untuk peneguhan ni­lai keagamaan, kesadaran untuk membangun solidaritas, saling menolong, bahu-membahu, berbuat sesuatu melalui pengajian, perte­muan dan kegiatan yang ada di komunitas. Merawat komunitas ini yang terus dikuatkan Aisyiyah.  

"Kita sering melihat kebijakan pemerintah itu bagus, tetapi pada tahap implementasi belum tentu itu bisa berjalan di­ting­kat akar rumput. Kami bukan ingin menjadi bagian kepan­ja­ngan pemerintah. Tetapi merawat komunitas ini menjadi me­rawat kebersamaan, merawat Indonesia. Kita bisa membangun dan memulai juga dari komunitas," tuturnya.

Contohnya, kata dia lagi, kesadaran untuk sanitasi, hidup se­hat itu  harus lewat jamaah/komunitas. Demikian pula kesa­daran untuk menguatkan derajat kesehatan keluarga, melalui pema­haman kesehatan reproduksi, kesehatan anak, dan lain-lain.

"Seperti imunisasi Difteri saja tidak semua orang me­nerima. Di sinilah Aisyiyah mempunyai peran, bila ada peno­lakan agar bisa didialogkan," katanya.

Menurutnya, Aisyiyah membuat sekolah PAUD itu juga gerakannya di bawah, mengambil dan mengajak masyarakat berpartisipasi. Mereka  merasa bisa berbuat untuk suatu ke­hidupan yang  baik. 

Lebih lanjut Noordjannah mengatakan Aisyiyah  pada awal abad kedua ini  menjadikan gerakan ekonomi menjadi pilar ke­empat. 

Sedangkan pilar pertama adalah kesehatan;  kedua layanan kesehatan dan pilar ketiga layanan sosial. Gerakan ekonomi ini terus digalakkan Aisyiyah. Bahkan Tanwir pertama Aisyiyah  periode 2015-2020 temanya adalah Gerakan Pember­dayaan Ekonomi Perempuan Pilar Kemakmuran Bangsa.

Perempuan-perempuan yang memiliki usaha baik per­dagangan, wirausaha kecil-kecilan akan dibina agar naik kelas. Aisyiyah mempunyai koperasi baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Koperasi yang sudah berba­dan hukum lebih dari 500 koperasi dan lebih dari 300 koperasi di antaranya berada di Jawa Timur dan yang belum berbadan lebih banyak lagi.

Program Aisyiyah

Menurut Sekretaris Umum PP Aisyiyah Trihatuti Nur Rohimah, adanya koperasi ini  termasuk salah satu persyaratan un­tuk mendapatkan akses modal,  seperti halnya  koperasi mutia­ra di Dukun, Magelang yang memiliki usaha semua daun digo­reng seperti pegagan, singkong, kenikir, bayam dan daun strawberry, Ibu-ibu petani jagung di Bantaeng, Sulawesi Selatan anggota Balai Sakinah Aisyiyah bisa  membeli bibit, pupuk, dan racun tanaman.

Untuk menggerakkan Ekonomi,  ada Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) dan saat ini ada di 20 provinsi. Setelah lulus dari SWA akan mendapat pendampingan di Klinik Usaha Keluarga (KUK) yang bersinergi dengan perguruan tinggi seperti Unisa, UAD, UMY dan gerbong ini akan dibawa ke se­luruh wilayah yang ada perguruan tinggi Muhamamdi­yah/Aisyiyah.

Trihastuti  menambahkan Aisyiyah sejak 2014 hingga kini mempunyai berbagai program dalam hal dakwah di bidang perencanaan kelahiran (keluarga berencana), isu perempuan dan anak berprespektif Indonesia berkemajuan. Dalam bidang Keluarga Berencana, memberikan edukasi kepada bapak agar terlibat dalam perencanaan keluarga dengan melakukan ad­vokasi  di desa, kecamatan dan kabupaten dengan cafeteria KB. 

 Bahkan, kata Trihastuti menambahkan, karena Aisyiyah di Cianjur  berdakwah untuk melakukan IVA, mendapatkan award dari Dinas Kesehatan Cianjur. Lebih lanjut Trihastuti mengatakan melalui lembaga Balai Sakinah Aisyiyah ada ber­bagai program yang dikembangkan antara lain tentang pen­cegahan kekerasan terhadap  perempuan dalam rumah tang­ga.  Ada juga gizi anak, remaja, dan orangtua. Karena anemia berkontribusi besar terhadap perdarahan pada saat melahirkan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement