REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjannah Djohantini mengatakan gerakan memperkuat akar rumput itu menjadi sebuah gerakan civil society, yakni kesadaran untuk keberdayaan, yang sampai saat ini merupakan salah satu unggulan Aisyiyah.
Noordjannah mencontohkan, di bidang sosial kemasyarakatan dengan merawat kehidupan di masyarakat menjadi kehidupan yang damai, yang tidak mudah terpicu konflik melalui berbagai kegiatan. Misalnya untuk peneguhan nilai keagamaan, kesadaran untuk membangun solidaritas, saling menolong, bahu-membahu, berbuat sesuatu melalui pengajian, pertemuan dan kegiatan yang ada di komunitas. Merawat komunitas ini yang terus dikuatkan Aisyiyah.
"Kita sering melihat kebijakan pemerintah itu bagus, tetapi pada tahap implementasi belum tentu itu bisa berjalan ditingkat akar rumput. Kami bukan ingin menjadi bagian kepanjangan pemerintah. Tetapi merawat komunitas ini menjadi merawat kebersamaan, merawat Indonesia. Kita bisa membangun dan memulai juga dari komunitas," tuturnya.
Contohnya, kata dia lagi, kesadaran untuk sanitasi, hidup sehat itu harus lewat jamaah/komunitas. Demikian pula kesadaran untuk menguatkan derajat kesehatan keluarga, melalui pemahaman kesehatan reproduksi, kesehatan anak, dan lain-lain.
"Seperti imunisasi Difteri saja tidak semua orang menerima. Di sinilah Aisyiyah mempunyai peran, bila ada penolakan agar bisa didialogkan," katanya.
Menurutnya, Aisyiyah membuat sekolah PAUD itu juga gerakannya di bawah, mengambil dan mengajak masyarakat berpartisipasi. Mereka merasa bisa berbuat untuk suatu kehidupan yang baik.
Lebih lanjut Noordjannah mengatakan Aisyiyah pada awal abad kedua ini menjadikan gerakan ekonomi menjadi pilar keempat.
Sedangkan pilar pertama adalah kesehatan; kedua layanan kesehatan dan pilar ketiga layanan sosial. Gerakan ekonomi ini terus digalakkan Aisyiyah. Bahkan Tanwir pertama Aisyiyah periode 2015-2020 temanya adalah Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Pilar Kemakmuran Bangsa.
Perempuan-perempuan yang memiliki usaha baik perdagangan, wirausaha kecil-kecilan akan dibina agar naik kelas. Aisyiyah mempunyai koperasi baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Koperasi yang sudah berbadan hukum lebih dari 500 koperasi dan lebih dari 300 koperasi di antaranya berada di Jawa Timur dan yang belum berbadan lebih banyak lagi.
Program Aisyiyah
Menurut Sekretaris Umum PP Aisyiyah Trihatuti Nur Rohimah, adanya koperasi ini termasuk salah satu persyaratan untuk mendapatkan akses modal, seperti halnya koperasi mutiara di Dukun, Magelang yang memiliki usaha semua daun digoreng seperti pegagan, singkong, kenikir, bayam dan daun strawberry, Ibu-ibu petani jagung di Bantaeng, Sulawesi Selatan anggota Balai Sakinah Aisyiyah bisa membeli bibit, pupuk, dan racun tanaman.
Untuk menggerakkan Ekonomi, ada Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) dan saat ini ada di 20 provinsi. Setelah lulus dari SWA akan mendapat pendampingan di Klinik Usaha Keluarga (KUK) yang bersinergi dengan perguruan tinggi seperti Unisa, UAD, UMY dan gerbong ini akan dibawa ke seluruh wilayah yang ada perguruan tinggi Muhamamdiyah/Aisyiyah.
Trihastuti menambahkan Aisyiyah sejak 2014 hingga kini mempunyai berbagai program dalam hal dakwah di bidang perencanaan kelahiran (keluarga berencana), isu perempuan dan anak berprespektif Indonesia berkemajuan. Dalam bidang Keluarga Berencana, memberikan edukasi kepada bapak agar terlibat dalam perencanaan keluarga dengan melakukan advokasi di desa, kecamatan dan kabupaten dengan cafeteria KB.
Bahkan, kata Trihastuti menambahkan, karena Aisyiyah di Cianjur berdakwah untuk melakukan IVA, mendapatkan award dari Dinas Kesehatan Cianjur. Lebih lanjut Trihastuti mengatakan melalui lembaga Balai Sakinah Aisyiyah ada berbagai program yang dikembangkan antara lain tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga. Ada juga gizi anak, remaja, dan orangtua. Karena anemia berkontribusi besar terhadap perdarahan pada saat melahirkan.