Jumat 29 Dec 2017 04:51 WIB

Jokowi: Masyarakat Jangan Terpecah karena Pilkada

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi seorang warga pemeluk Nasrani saat menghadiri perayaan Natal Oikumene 2017 di Rumah Radakng, Pontianak, Kalbar, Kamis (28/12).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi seorang warga pemeluk Nasrani saat menghadiri perayaan Natal Oikumene 2017 di Rumah Radakng, Pontianak, Kalbar, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Presiden Republik Indoensia, Joko Widodo, mengingatkan masyarakat untuk bisa terus menjaga persatuan dan kesatuan menjelang pelaksanaan Pilkada 2018. "Masyarakat Indonesia jangan sampai terpecah belah karena pelaksanaan Pilkada yang hanya lima tahun sekali," kata Joko Widodo saat membuka kegiatan Natal Oikumene Nasional 2017 di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis.

Pada 2018 mendatang, ada 171 kabupaten/kota di Indonesia yang akan menggelar Pilkada. Salah satunya termasuk di Kalbar.

Terkait hal itu, Jokowi kembali mengingatkan agar masyarakat bisa melaksanakan pesta demokrasi itu dengan baik. Masyarakat diharapkan memilih calon kepala daerah terbaik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

"Untuk itu saya titip, ya katakan sekali lagi, negara ini adalah negara besar, jangan sampai kita mengorbankan persatuan dan persaudaraan kita sebagai sesama anak bangsa, hanya untuk urusan Pilkada," tuturnya.

Dirinya mempersilakan masyarakat untuk memilih pemimpin-pemimpin terbaik yang ada di daerah masing-masing saat pelaksanaan Pilkada. Namun, dia berharap, setelah itu harus rukun kembali sebagai saudara kesatuan tanah air.

Negara kita adalah negara besar yang majemuk dan beraneka ragam suku, katanya, dimana ada 714 suku yang menunjukkan keberagaman bangsa ini. Indonesia memiliki suku terbanyak di dunia, sehingga hal ini terus diingatkan kepada seluruh masyarakat agar tidak mudah terpecah belah karena pemilihan kepala daerah.

"Jangan sampai pada saat kampanye, saling mencela, saling menjelekkan, saling mencemooh, dan saling menjatuhkan,'' katanya. ''Terkadang kita sering lupa saat kampanye kita ini adalah satu dan saling bersaudara, ini yang harus kita rawat dan kita pelihara.''

Dia juga mengingatkan kepada para kandidat terbaik juga diharapkan bisa menyampaikan program-program terbaik, bukan menyampaikan hal-hal yang menyesatkan. "Apa lagi sampai memecah belah persatuan yang sudah kita bina selama ini," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement