Jumat 29 Dec 2017 07:52 WIB

Siapa Calon Pendamping di Pilwalkot? Bima Arya: Sudah Ada

Bima Arya Walikota Bogor
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Bima Arya Walikota Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bima Arya Sugiarto memastikan dirinya akan maju pada Pilkada 2018, hanya saja belum mau membeberkan siapa calon wakil yang akan mendampinginya bertanding mempertahankan kursi sebagai Wali Kota Bogor. Bima dalam bincang akhir tahun bersama wartawan, Kamis memberikan tiga petunjuk siapa calon yang akan mendampinginya maju di Pilkada 2018.

"Insya Allah untuk calon sudah ada namanya, mungkin hari ini namanya akan beredar, tapi besok akan diumumkan namanya. Barang kali saya kasih clue aja dulu," kata Bima.

Petunjuk pertama, calon wakilnya adalah orang asli Bogor, karena Bima mencari orang yang asli Bogor untuk mendampinginya sebagai wakil. "Orang asli Bogor itu, orang tuanya orang Bogor, kakek neneknya juga orang Bogor, jadi bukan imigran," katanya.

Petunjuk berikutnya, calon wakil tersebut adalah sosok yang berintegritas, dan bukan berasal dari partai politik. "Inisialnya D, tapi bukan Dul Samson," kata Bima disambut tawa.

Menurut Bima, belum terbangunnya koalisi antar partai politik di Kota Bogor dengan waktu pendaftaran yang kian dekat adalah sebagai salah satu dampak dari Pilkada serentak yang belum terukur oleh banyak pihak.

Situasi yang terjadi adalah realitas politik saat ini, dan ia mengira sebagai dampak Pilkada serentak yang tidak dihitung oleh semuanya. "Ketika dulu diusulkan Pilkada serentak supaya lebih murah, lebih efektif dan hemat, namun sekarang ada efeknya," kata politisi PAN tersebut.

Efek yang dimaksudkan adalah semua partai politik saling mengunci. Misalnya pimpinan partai partai politik ketika ditanya, jawabannya sama, semua saling mengunci. "Ayo dukung di situ, tapi kita di sini yah, kita sama-sama ke sini ya, boleh tapi di sana sama-sama sama juga yah. Inilah efek saling mengunci yang terjadi secara nasional, tidak hanya di Jabar saja," katanya.

Menurut Bima, yang situasi politik yang terjadi saat ini bukan "PHP" (pemberi harapan palsu) tapi dampak dari saling mengunci di Pilkada serentak saat ini. Menjadi lebih rumit, karena ada keinginan dari pimpinan partai untuk satu barisan semua, baik nasional, provinsi maupun lokal.

Sementara itu jika dipaksakan untuk sama, situasi di lokal berbeda, sehingga ketika berbeda akan mencari lagi posisi tawar menawar. "Ini jadi rumit. Jadi bayangkan bagaimana kondisi di lapangan, tahun depan dan tahun belakang," katanya.

Tapi, lanjutnya masa-masa itu akan segera berakhir, sudah di penghujung waktu, koalisi di Kota Bogor segera terbentuk, tinggal menghitung jam, dan menghitung hari.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement