REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perang terhadap narkoba tak ada habisnya di Indonesia ini. Di antaranya karena panjangnya perbatasan wilayah Indonesia yang mencapai 99 ribu kilometer. Sehingga, banyak jalur tikus yang dapat dilalui untuk memasukkan narkoba ke Indonesia.
"Batas wilayah Indonesia ini sangat panjang. Nomor dua di dunia. Pertama Kanada 200.000 kilometer. Indonesia itu 99 ribu kilometer," ungkap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dalam kegiatan pemusnahan barang bukti narkoba hasil sitaan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Tangerang, Banten, Kamis (28/12).
Selain karena panjang batas wilayahnya yang tertinggi kedua, bentuk geografis Indonesia juga menjadi penyebabnya. Menurut Wiranto, pulau-pulau luar dan terpencil di Indonesia tidak diamankan dengan baik. "Masuknya narkoba ini sangat luar biasa," lanjut dia.
Wiranto kemudian mengambil contoh kasus. Suatu ketika, ia mengumpulkan para Gubernur. Lalu, ia bertanya kepada mereka, ada berapa jalur tikus yang terdapat di provinsi yang mereka pimpin itu. Jawaban dari salah satu Gubernur di luar perkiraan Wiranto.
"Gubernur Kalimantan Utara angkat tangan. Saya pikir laporannya 50 sampai 100 paling banyak. Ini dia melaporkan, 'jalur tikus di daerah kami ada 1.400'. Itu satu provinsi. Jadi, banyak perbatasan yang dengan mudah mereka memasukkan (narkoba)," kata dia.
Ia juga menyebutkan, masalah narkoba ibarat aliran sungai. Di hilir, sudah diberantas, dimusnahkan, dan disweeping. Tetapi di hulu, masih ada produksi yang tak tersentuh. Sumber-sumber produksi itu tidak berada di Indonesia.
"Mereka sudah melarang produksi narkoba di negara mereka. Namun produksinya itu gelap, tanpa izin dan mengalirnya tidak di sana, tapi di kita," ujar Wiranto.
Karena itu, kata dia, Indonesiarawan terhadap peredaran narkoba. Wiranto pun mengaku, sudah menjalin kerja sama antarnegara untuk memerangi narkoba. Seperti halnya bekerja sama dalam menangani terorisme.
"Saat ini (juga) sudah ada produksi jenis narkoba baru. Di sini saya dapat laporan, ada satu produksi baru yang merupakan modifikasi dari yang sudah ada, yang susah untuk dilacak, dan produksinya sungguh luar biasa. Indonesia rawan terhadap peredaran narkoba," ucap dia.