Jumat 29 Dec 2017 20:56 WIB

Dedie Hanya 2 Pekan Putuskan Maju di Pilkada Kota Bogor

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama (kiri) menyerahkan plakat lagu anti korupsi kepada Direktur Pembinaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan Instansi KPK Dedie A Rachim usai pertemuan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (3/3). (Republika/Wihdan Hidayat)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama (kiri) menyerahkan plakat lagu anti korupsi kepada Direktur Pembinaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan Instansi KPK Dedie A Rachim usai pertemuan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (3/3). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dedie A. Rachim mengajukan pengunduran diri dari KPK sejak Rabu (28/12) kemarin. Pengunduran diri tersebut karena Dedie akan ikut bergabung dalam bursa Pilkada Serentak 2018 bersama Wali Kota Bogor Bima Arya.

Dedie mengaku alasannya maju bersama Bima Arya adalah untuk membantu membenahi birokrasi di kampung halamannya, Bogor. "Membantu membenahi birokrasi adalah tantangan yang layak diperjuangkan.Saya melihatnya begini, ini tanggung jawab saja. Saya melihat tentu Bogor itu kan ingin dibawa ke arah yang lebih baik," ujar Dedie saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (29/12).

Dedie mengaku hanya dua minggu berkomunikasi dengan Bima Arya sebelum memutuskan untuk maju bersama di Pilwalkot Bogor 2018. "Kalau ditanya berapa lama, mungkin hitungannya tidak lebih dari dua minggu terakhir. Jadi satu minggu terakhir itu intens, seminggu sebelumnya basa-basi," katanya.

Dedie menuturkan, pilihannya maju bersama Bima Arya pun adalah sebagai seorang profesional dan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. Menurutnya, keputusan untuk terjun dalam dunia politik setelah 12 tahun bekerja bersama KPK merupakan pilihan yang berat, sehingga saat memutuskan untuk mengundurkan diri, Dedie menanyakan kepastian dirinya yang akan maju bersama Bima Arya meskipun hanya dalam satu kali pertemuan

"Saya ini kan profesional, berkarir di KPK. Jadi saya juga perlu kepastian, bukan saya harus mencari dukungan partai. Pertemuan sekali (dengan Bima Arya), saya bilang pastikan dulu, saya ini kan karir, kemudian apakah partai pendukung itu merestui, kan gitu. Mungkin di pihak Pak Bima sudah melakukan komunikasi dengan mereka (partai politik). Dan pada akhirnya karena ke sana ke sini (partai politik) tidak ada kesepakatan, saya kan tidak ada beban. Kalau saya tinggal ada di sayanya," jelas.

Dalam menjalankan visi misinya, meskipun belum ada pembicaraan lebih lanjut, Dedie mengatakan akan mengimplementasikan pengalaman yang selama ini didapatnya di KPK. "Saya melihatnya, tentu yang namanya pengalaman saya di KPK, Insya allah ada yang bisa dibawa untuk juga ikut membenahi pemerintah daerah. Sederhananya gitu aja. Jangan hanya dituntut untuk berkiprah tapi memahami permasalahan yang harus dicarikan solusinya, kalau untuk program dan lain lain nanti harus dirumuskan bersama," katanya.

Terkait dukungan dari para pimpinan KPK, sambung Dedie, dirinya diharapkan dapat membawa nilai-nilai pemberantasan korupsi di daerah. "Kalau dari pimpinan tentunya mengharapkan kita membawa nilai-nilai KPK di bidang yang baru ini. Semua pimpinan sama, merestui dan minta sedapat mungkin menerapkan apa yang ada di KPK dan mendorong pemda lain diterapkan secara real oleh orangnya langsung," ujar Dedie.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement