Sabtu 30 Dec 2017 06:41 WIB

Sosiolog Ini Prihatin Ustaz Abdul Somad Dipersekusi

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Teguh Firmansyah
Ceramah. Ustad Abdul Somad (tengah) saat menyampaikan pendapat kepada wartawan usai melakukan ceramah di Gedung Sarana Jaya, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ceramah. Ustad Abdul Somad (tengah) saat menyampaikan pendapat kepada wartawan usai melakukan ceramah di Gedung Sarana Jaya, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad dipersekusi dan dilarang ceramah diberbagai tempat. Di antaranya di Bali dan Hong Kong. Hal ini tentu saja menarik perhatian sejumlah pakar. Salah satunya dari Sosiolog Musni Umar.

"Sebagai sosiolog, saya tidak habis pikir, mengapa Ustaz Abdul Somad (UAS) dipersekusi  dan dilarang ceramah di berbagai tempat. Bahkan berbagai diskusi di dunia maya, di duga keras larangan UAS masuk ke Hong Kong di duga keras merupakan titipan dari dalam negeri," jelasnya dalam pesan tertulis kepada Republika.co.id, Jakarta, Sabtu (30/12).

Menurutnya apa yang dialami UAS lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Pertama, manfaatnya semakin melambungkan nama UAS di tengah umat. Sebaliknya memberi mudarat kepada pemerintahan karena bisa semakin dicitrakan negatif dikalangan umat Islam non-NU.

Ia pun menyoroti Muslim non-NU yang semakin solid. Mereka membuktikan diri dalam Aksi Bela Islam 212. 

"Maka persekusi terhadap Habib Rieziq, Ustaz Abdul Somad dan para ustaz lain,  akan semakin mengkristal dan menyatu dalam melakukan perlawanan pada pesta demokrasi 2019," ujar pria yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta itu.

Musni pun menganggap kasus ini bisa membuat PDIP selaku partai pendukung pemerintah menjadi tidak diuntungkan. Oleh karena itu, persekusi dan larangan ceramah terhadap UAS dan para ustaz lain harus segera diakhiri.

"Biarlah kebebasan dalam menyampaikan dakwah dilaksanakan dengan cara yang sebaik-sebaiknya sesuai UUD 1945," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement