REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong Science Techno Park (STP) untuk selalu menghasilkan inovasi. Ia mengatakan, pusat riset dan perguruan tinggi tidak bisa terus-terusan membanggakan pencapaian masa lalu.
"Kita jangan sama dengan museum. Museum itu adalah apa yang dihasilkan di masa lalu. Kalau perguruan tinggi bangga dengan capaian masa lalu, itu adalah museum," ungkap Nasir, saat melakukan kunjungan ke Marine Science Techno Park (MSTP), Universitas Diponegoro (Undip), Jepara, Jumat (29/12).
Untuk menghasilkan inovasi di dalam sebuah penelitian, membutuhkan persiapan yang matang. Nasir mengatakan, perlu ada perhitungan dan pengelompokan mana penelitian yang masih dasar, penelitian yang siap diterapkan dan penelitian yang siap untuk dilakukan inovasi.
Terkait hal tersebut, Nasir mengatakan, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan Technology Readiness Level (TRL). Dengan perhitungan yang dilakukan TRL, peneliti atau pemerintah dapat mengetahui mana riset yang siap untuk inovasi dan mana riset yang masih dasar.
"Menteriristekdikti sedang membuat Technologi Readiness Level, atau tingkat kesiapan secara teknologi. Mulai dari satu sampai sembilan, penelitian itu harus kita posisikan. Dikelompokan riset mana yang masih basic research, yang mana yang applied research, riset mana yang sudah inovation," kata Nasir.
Berdasarkan perhitungan TRL, penelitian yang sudah siap inovasi berada di rentang angka delapan sampai sembilan. Setelah memasuki tahapan tersebut, Nasir menilai suatu riset sudah bisa masuk ke tahap komersialisasi dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan.
Oleh karena itu, Kementerian Ristekdikti terus mendorong seluruh STP untuk memajukan penelitian mereka. Akhirnya, diharapkan hasil penelitian di STP dapat dimanfaatkan masyarakat di sekitarnya.