REPUBLIKA.CO.ID, HIMALAYA -- Kementerian Pariwisata Nepal mengeluarkan kebijakan yang melarang pendaki tunggal dan pendaki penyandang disabilitas untuk mendaki Gunung Himalaya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian dalam sebuah pendakian.
Kebijakan tersebut menuai kritik dari berbagai pihak. Antara lain dari para pendaki serta seorang mantan tentara Gurkha yang kehilangan kedua kakinya ketika ledakan di Afghanistan, Hari Budha Magar. Ia diketahui sedang berlatih untuk menjadi pendaki Gunung Himalaya pertama yang telah diamputasi kakinya.
"Nepal seharusnya bangga pada saya, bukannya melarang saya mendaki gunung tersebut. Saya akan tetap menaiki gunung tersebut. Tidak ada yang tidak mungkin," kata Magar dilansir The Guardian, Sabtu (30/12).
Pernyataan Magar kemudian didukung oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Nepal, Alaina B Teplitz. Menurutnya, pendaki seperti Magar tidak pantas untuk dilarang hanya karena asumsi yang salah mengenai penyandang disabilitas.
"Kemudahan akses pariwisata untuk semua kalangan masyarakat menunjukkan bahwa Nepal terbuka bagi siapapun," tulis Teplitz dalam Twitternya.
Berdasarkan data dari Pusat Data Himalaya, hingga saat ini terdapat 29 penyandang disabilitas yang berusaha mendaki puncak gunung tertinggi di dunia tersebut. Sebanyak 15 di antaranya berhasil mencapai puncak.