Ahad 31 Dec 2017 09:56 WIB

Penanggulangan KLB Difteri Lebih Sulit? Ini Alasannya

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang balita asal Desa Ciwareng, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwkarta, disuntik imunisasi DPT untuk pencegahan penyakit difteri (ilustrasi)
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Seorang balita asal Desa Ciwareng, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwkarta, disuntik imunisasi DPT untuk pencegahan penyakit difteri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap salah satu faktor yang membuat pemanggulangan kejadian luar biasa (KLB) difteri menjadi lebih sulit yaitu karena adanya orang sehat yang bisa menularkannya pada orang lain. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi mengatakan, salah satu faktor yang membuat penanggulangan KLB difteri menjadi lebih sulit adalah karena adanya orang sehat yang tidak menunjukkan gejala difteri namun bisa menularkannya pada orang lain. "Fenomena ini dikenal sebagai carrier," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (31/12).

Dia mengatakan, menerapkan perilaku bersih dan sehat menjadi penting dalam setiap kesempatan. Selain itu menerapkan etiket batuk dengan menggunakan masker atau menutup mulut saat batuk.

Sebagaimana diketahui, penyakit difteri utamanya ditularkan melalui percikan ludah/air liur (droplet infection) penderita kepada orang lain yang berada dekat dengannya. KLB Difteri pada saat ini memiliki gambaran yang berbeda daripada KLB sebelumnya yang pada umumnya menyerang anak balita.

KLB kali ini ditemukan pada kelompok umur 1 hingga 40 tahun dimana 47 persen menyerang anak usia sekolah (5 hingga 14 tahun). Lalu 34 persen menyerang umur di atas 14 tahun. Data tersebut menunjukkan proporsi usia sekolah dan dewasa yang rentan terhadap difteri cukup tinggi.

Sampai dengan 25 Desember 2017, ia mengungkap Kemenkes telah mengumpulkan data epidemiologis KLB Difteri. "Saat ini terdeteksi sebanyak 907 kasus (kumulatif selama 2017) di mana 44 di antaranya meninggal dunia. Kasus dilaporkan ada di 164 Kabupaten kota dari 29 provinsi," ujarnya.

Program imunisasi yang telah rutin dilaksanakan secara berkesinambungan sejak 50 tahun yang lalu harus menjadi perhatian dan diikuti oleh masyarakat. Karena melalui upaya pencegahan ini akan dapat mengurangi risiko kesakitan dan terjadinya KLB difteri.

Ia mengungkap dalam satu tahun ke depan upaya penanggulangan difteri diprioritaskan pada pencegahan meluasnya KLB difteri. "Imunisasi lengkap sesuai usia menjadi suatu keharusan, karena melalui upaya inilah peningkatan kekebalan difteri dapat diperoleh secara optimal," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement