Ahad 31 Dec 2017 11:40 WIB

Ekonomi Bali Lesu Selama 2017 Akibat Erupsi Gunung Agung

Asap bercampur abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung, terlihat dari Sidemen, Karangasem, Bali, Jumat (8/12).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Asap bercampur abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung, terlihat dari Sidemen, Karangasem, Bali, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Ketua Umum Bidang Perbankan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Bali Made Arya Amitaba mengatakan, perekonomian di Pulau Dewata mengalami kelesuan. Ini akibat dampak dari bencana erupsi Gunung Agung.

"Lesunya ekonomi serta dampak erupsi Gunung Agung membuat ekonomi masyarakat juga turun. Terlebih sektor properti yang saat ini harganya turun tajam," kata Arya Amitaba di Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali, Ahad (31/12).

Ia mengatakan, gejolak perekonomian tahun 2017 dirasa mengalami pasang surut. Bahkan dalam enam bulan terakhir penurunan ekonomi sangat dirasakan. Banyak pengusaha yang bergerak di bidang pengembang properti seret pembayaran kredit bank.

"Sehingga pergerakan dalam pengembang properti khususnya, mengalami penurunan. Di samping juga daya beli warga masyarakat terhadap properti drastis turun," ucap alumni Universitas Pendidikan Nasional Denpasar itu.

Menurut dia, hal ini gejolak ekonomi dunia juga membawa dampak sangat besar. Dan lebih diperparah lagi dengan adanya bencana di berbagai daerah, termasuk di Bali.

"Jadi, kalau mau beli rumah dan berinvestasi di properti sekarang ini saat yang tepat, karena harganya sangat terjangkau," ujar Arya Amitaba yang juga Direktur Utama BPR Kanti.

Arya Amitaba mengakui ada sejumlah nasabah yang melepas propertinya dengan harga relatif murah karena kondisi lesu saat ini. Mereka juga ada kekhawatiran akan tambah merosot perekonomian.

"Ada harga rumah bisa turun sampai 50 persen dibandingkan ketika lagi majunya sektor pengembangan properti. Kami juga ada rumah yang siap dijual dengan harga terjangkau oleh pasar," ujarnya.

Arya Amitaba tidak menampik kalau banyak pemilik atau pebisnis properti yang selama ini menggandeng bank (BPR) untuk pengembangan usahanya. Namun ketika kondisi lesu seperti sekarang mereka terpaksa harus melepas propertinya dengan harga rendah agar bisa melaksanakan kewajibannya di bank.

"Ya itu salah satu langkah agar bisa melunasi kewajibannya. Dan mereka pun tidak mau kehilangan nama baik, di mana mereka mendapatkan kredit bank," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement