Ahad 31 Dec 2017 16:02 WIB

Pertumbuhan Uang Beredar November 2017 Tumbuh Melambat

Rep: Binti Sholikah/ Red: Indira Rezkisari
Petugas menata uang kertas rupiah di ruang penyimpanan uang
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Petugas menata uang kertas rupiah di ruang penyimpanan uang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami perlambatan pada November 2017. Posisi M2 tercatat sebesar Rp 5.320,0 triliun atau tumbuh 9,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,6 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan, perlambatan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus), moderasi pertumbuhan kredit serta perlambatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih. "Kontraksi operasi keuangan Pempus tersebut tercermin pada simpanan Pempus di BI dan perbankan yang tumbuh 25,5 persen (yoy) pada akhir bulan November 2017, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 9,8 persen (yoy)," jelasnya melalui siaran pers, yang dikutip Ahad (31/12).

Menurutnya, perlambatan pertumbuhan M2 tersebut terjadi pada seluruh komponennya. Uang kuasi dengan pangsa 74,5 persen dari total uang beredar mengalami perlambatan pertumbuhan dari 8,7 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 7,9 persen (yoy) pada November 2017. "Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan pada November 2017 yang tumbuh melambat dari 10,7 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 9,1 persen (yoy)," imbuhnya.

Perlambatan DPK tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro berdenominasi rupiah yang turun dari 19,3 persen (yoy) menjadi 13,3 persen (yoy) pada November 2017. Selain itu, giro valas turun semakin dalam dari -1,7 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi sebesar -5,6 persen (yoy), serta simpanan berjangka dalam valas yang tumbuh melambat dari 20,1 persen (yoy) menjadi 9,8 (yoy) pada November 2017. Perlambatan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan pertumbuhan simpanan berjangka valas pada golongan nasabah perorangan.

Secara umum DPK berdenominasi valas mengalami perlambatan sejalan dengan kebutuhan valas yang tinggi di akhir tahun. Sementara itu pertumbuhan tabungan dan simpanan berjangka berdenominasi rupiah masih terakselerasi. "Peningkatan pertumbuhan tabungan pada bulan November 2017 tersebut sejalan dengan hasil survei konsumen November 2017 yang mengindikasikan peningkatan porsi tabungan terhadap pendapatan Rumah Tangga," terangnya.

Komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. M1 pada November 2017 tercatat sebesar Rp 1.338,1 triliun atau tumbuh sebesar 13,1 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 16,0 persen (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan giro rupiah, yang tumbuh melambat dari 19,3 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi sebesar 13,3 persen (yoy) pada November 2017. Meski demikian, perlambatan pertumbuhan M1 sedikit tertahan oleh peningkatan pertumbuhan uang kartal di luar BI, bank umum dan BPR yang tumbuh 12,7 persen (yoy) pada November 2017, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,2 persen (yoy).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement