REPUBLIKA.CO.ID, Umat Islam diimbau menghadapi tahun baru dengan semangat baru.
Umat Islam Indonesia menghabiskan pergantian tahun dengan mengikuti majelis-majelis zikir yang digelar di berbagai daerah. Kegiatan yang beberapa tahun belakangan kian semarak digelar itu disebut sebagai momentum untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan umat Islam di Indonesia.
"Mudah-mudahan kita bisa menjadikan Dzikir Nasional ini sebagai momentum untuk kita merajut, memperkuat persatuan dan kebersamaan," ujar Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, di sela-sela kegiatan Dzikir Nasional Republika di Masjid Agung At-Tin, TMII, Jakarta Timur, Ahad (31/11) malam.
Abdul Mu'ti mengatakan, dengan mengikuti zikir bersama, umat Islam bisa memulai tahun 2018 dengan semangat untuk melangkah lebih baik.
Menurut dia, dengan persatuan itu, umat akan menjadi lebih kuat karena persatuan merupakan kunci untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, bangsa yang senantiasa terhindar dari berbagai macam hal yang dapat merusak persatuan. Terlebih, pada 2018 Indonesia akan memasuki tahun politik menjelang Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.
Mu'ti juga menyinggung kehadiran berbagai ormas Islam dalam acara Dzikir Nasional, kemarin. "Tidak hanya dari organisasi tertentu, tapi hadir dari ormas Islam yang berbagai macam afiliasinya, dan ormas Islam yang tentu memiliki semangat bahwa dengan bersatu, ukhuwah, umat Islam ini menjadi kuat," kata dia.
Dzikir Nasional adalah puncak rangkaian acara Festival Republik yang digelar Republika sejak Jumat (29/12) di Masjid At-Tin. Ribuan warga menyemuti helatan yang digelar hingga lepas pergantian tahun tersebut. Dibuka dengan shalat Maghrib yang dipimpin imam bersuara emas Muzzamil Hasballah, acara diisi tausiah oleh para ulama, kemudian zikir bersama dipimpin Ustaz Arifin Ilham.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid yang ikut memberikan tausiah mengingatkan, beban terberat menjaga bangsa Indonesia ada di pundak umat Islam. Selain sebagai mayoritas, umat Islam juga berperan besar dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan.
"Hadratus Syekh Hasyim Asyari, mengatakan ‘cintailah agamamu, cintailah tempat kamu hidup’. Karena saat itu bangsa Indonesia belum ada," ujar Gus Solah, sapaan akrab Kiai Salahudddin di Masjid At-Tin.
Gus Solah juga meminta agar slogan ‘Mencintai Tanah Air adalah Sebagian dari Iman' tidak sekadar ucapan, tetapi harus diwujudkan juga dalam perbuatan.
Pesan persatuan juga disampaikan Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ustaz Tengku Zulkarnain di Masjid At-Tin. Ia mengingatkan, sepanjang tahun ini umat Islam sedunia mendapat cobaan berupa pengusiran Muslim Rohingya dan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Amerika Serikat.
Tahun 2018, menurut Tengku Zulkarnain, harus menjadi momen kebangkitan Islam. Muslim Indonesia harus memperkuat persatuan. Kemajuan umat harus dipikirkan bersama dengan nilai-nilai Islam. Umat juga perlu menyebarkan nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
Apalagi, Tengku Zulkarnain menuturkan, pemuda Muslim sedang memiliki ghirah besar mempelajari agama. "Ini harapan semoga Indonesia menjadi bangsa baldatun thayyibatun warabbun ghafur," kata Tengku Zulkarnain.
Di Bandung, rangkaian Festival Republika dipuncaki acara muhasabah di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar. Seperti di Jakarta, sekitar 5.000 jamaah menghadiri acara tersebut. Mereka rata-rata datang bersama keluarganya. Masjid pun ramai dengan anak-anak.
Menurut Aher sapaan akrab Gubernur Jawa Barat, umat Islam harus menghadapi tahun baru dengan semangat dan spirit baru untuk menghasilkan karya baru yang bermanfaat pada 2018. Ia juga mengajak umat Islam bersatu padu menghadapi tantangan yang akan datang.
"Kita harus bersatu padu untuk membela kebenaran," ujarnya di hadapan para peserta muhasabah.
Sedangkan di Yogyakarta, rangkaian acara Festival Republik ditutup Tabligh Akbar dan Muhasabah Akhir Tahun di Masjid Syuhada. Sejak sore hari, jamaah ramai menyambangi lokasi itu dan menikmati sajian kuliner gratis yang disajikan panitia atas kerja sama BMT Bringharjo.
Kehadiran Gus Falik dalam Festival Republik pun berhasil mencairkan suasana berkat banyolan-banyolannya. Sedangkan Kang Puji lebih menekankan momen akhir tahun sebagai momen dalam bermuhasabah. Sehingga, masyarakat dapat mengingat apa yang telah dilakukan dalam setahun terakhir dan apa yang akan dilakukan dalam setahun ke depan.
Republika berhasil mengisi akhir tahun dengan kegiatan yang dikemas dengan Festival Republik. Selain di Jakarta dan di Bandung, acara yang diisi dengan tabligh akbar itu juga sukses menarik sebagian masyarakat di Yogyakarta.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Azhar Simanjuntak mengatakan, kegiatan tabligh akbar tersebut sekaligus berperan sebagai taktik positif yang harus terus digalakkan. Ia pun bersyukur karena kini acara serupa juga telah banyak digelar di daerah lainnya.
“Seharusnya kita menyampaikan gagasan harus dengan taktik, sehingga tidak terlihat seperti sedang menggunakan kacamata kuda,” kata dia di sela-sela acara.
(muhyiddin/ali mansur/rahmat fajar/arie lukihardianti/eric iskandarsyah Pengolah: fitriyan zamzami).