REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya mengharapkan penanganan masalah banjir menjadi prioritas program yang harus dituntaskan Pemkot Surabaya selama 2018. Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey di Surabaya, Selasa (2/1), mengatakan jika melihat kondisi saat ini, Surabaya masih mengalami banjir dan terjadi genangan air di beberapa tempat yang mengganggu aktivitas warga.
"Padahal berbagai cara sudah dilakukan untuk mengurangi potensi banjir, di antaranya membangun dan menambah kapasitas pompa. Lalu membangun saluran baru, dan membersihkan," katanya.
Menurut dia, banyak pembangunan di Surabaya yang berhasil dilakukan pada masa kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Namun, masih ada persoalan banjir yang dinilainya belum bisa diselesaikan hingga tuntas sehingga harus menjadi prioritas untuk segera diatasi Pemkot Surabaya pada 2018.
Ia menyampaikan saat ini legislatif sudah menganggarkan dana yang cukup besar untuk program mengatasi banjir. Anggaran tersebut termasuk pembangunan Jembatan Petekan yang berfungsi sebagai pintu air.
Untuk membangun pintu air yang terletak di Kalimas sisi utara itu, Pemkot Surabaya mengalokasikan dana Rp 43 miliar. Oleh karena prioritasnya adalah pengadaan pintu air, lanjut dia, maka jika ingin menyelesaikan sampai pada sistem jembatan, harus dianggarkan lewat perubahan anggaran keuangan (PAK).
"Untuk proyek Jembatan Petekan sudah diputuskan dibangun mandiri pakai dana APBD. Tidak lagi menunggu dari pusat," katanya.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada Pemkot Surabaya merealisasikan proyek Jembatan Petekan karena menjadi salah satu langkah mengatasi banjir. "Fungsinya jelas untuk mengatur ketinggian air dan bisa digunakan untuk destinasi transportasi air yang punya potensi wisata," ujarnya.
Selain realisasi pelaksanaan proyek Jembatan Petekan, Vinsensius sekaligus mengkritisi pembuatan saluran yang selama ini dilakukan tidak terintegrasi dengan baik. Akibatnya, kata dia, arus air yang seharusnya tersambung menjadi terhambat dan berakibat banjir.
"Ini harus diperhatikan. Saya melihat saluran primer, tersier, sekunder tidak terintegrasi dengan baik. Jadi jangan alam terus yang disalahkan tapi bagaimana berupaya maksimal," katanya.