REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Pemerintah berupaya mengatasi bawang merah yang berperan dalam inflasi terutama pada saat produksi bawang merah mengalami penurunan di musim-musim tertentu. Kini pemerintah fokus mengatasi masalah ketersediaan benih.
Melalui penggunaan benih asal biji botani true seed of shallot (TSS), peneliti Badan Penelitian Sayuran (Balitsa) Suwandi optimis dapat meningkatkan produktivitas komoditas hortikultura ini.
Ada beberapa keunggulan penggunaan TSS antara lain kebutuhan jumlah benih lebih rendah yakni 5-7 kilogram per hektare, penyimpanan benih lebih mudah dengan masa simpan yang lebih panjang yaitu 1-2 tahun, serta bebas virus dan penyakit tular benih.
"Introduksi inovasi TSS ke dalam sistem produksi bawang merah di Indonesia diharapkan memberi dampak luas terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional," katanya dalam siaran tertulis.
Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing TSS tersebut perlu dukungan pemerintah dalam membangun jejaring kerjasama perbenihan dengan petani penangkar di daerah sentra produksi sesuai implementasi teknologinya bersifat spesifik lokasi.
Bulog: Pasokan Cabai dan Bawang Merah Sumbar Aman
Ia melanjutkan, Produksi Lipat Ganda (Proliga) Bawang Merah asal TSS terdapat di beberapa daerah yaitu Solok, Sumatera Barat, Riau dan Lombok Timur.
Dalam mendukung Kabupaten Solok sebagai sentra produksi bawang merah di Sumatera, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan teknologi produksi benih bawang merah asal biji atau TSS dan teknologi budidaya produksi menggunakan benih asal biji dengan populasi lipat ganda (Proliga) di Taman Sains Pertanian Sukarami, Sumbar seluas 1,5 hektare (600 ribu populasi tanaman).
Terkait Proliga bawang merah di TSP Sukarami, Sumbar, Suwandi menjelaskan, hasil panen bawang merah yang selama ini 15-20 ton per hektare bawang kering panen (BKP). Namun, dengan teknologi Proliga, produktivitas dapat mencapai 30-40 ton per hektare.
Penggunaan TSS di Lombok Timur juga telah berkembang. Beberapa varietas TSS juga sudah berkembang diantaranya tuktuk, lokananta, sanren (PT Ewindo), maserati (Primasid), dan Trisula (diperkenalkan oleh BPTP).
"Pemasaran benih TSS tersebut bahkan sudah sampai ke luar daerah seperti Lombok Tengah, Sumbawa, Bima, Probolinggo dan Brebes," ujar dia.
Sebaliknya, pengenalan teknologi perbenihan bawang merah dengan TSS di Riau dengan menggunakan varietas trisula dan tuktuk kurang memberi hasil baik. Alasannya, cuaca panas membuat semaian yang sudah masuk pada tahap transplanting banyak yang tidak tumbuh.