Selasa 02 Jan 2018 19:47 WIB

Ketimpangan Kaya Miskin di Sumbar Terendah Kedua Nasional

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Ketimpangan sosial  (Ilustrasi)
Ketimpangan sosial (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Sumatra Barat menjadi salah satu provinsi dengan pemerataan pendapatan masyarakatnya tertinggi di Indonesia. Hal ini terukur dari rasio gini, yang menggambarkan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk berdasarkan kelas pendapatan. Di Sumatra Barat, angka rasio gini per September 2017 sebesar 0,312. Angka rasio gini Sumbar menduduki posisi kedua terendah nasional, setelah Bangka Belitung yang bertengger di angka 0,276.

Di deretan sebaliknya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan pemerataan ekonomi paling timpang di level nasional. Angka rasio gini DIY sebesar 0,440. Selain DIY, provinsi dengan ketimpangan tinggi lainnya adalah Sulawesi Selatan dengan rasio gini 0,429, Jawa Timur 0,415, DKI Jakarta 0,409, Gorontalo 0,405, Sulawesi Tenggara 0,404, Papua 0,398, Sulawesi Utara 0,394, dan Jawa Barat 0,393.

 

Kepala BPS Perwakilan Sumatra Barat Sukardi menjelaskan, tercatat ada tren perbaikan rasio gini di Sumbar. Data tahun 2010, rasio gini Sumbar tercatat 0,325. Pada Maret 2017 lalu, angkanya juga sedikit lebih tinggi yakni 0,318.

 

"Tren ketimpangan Sumbar terus menurun," katanya, Selasa (2/1).

 

Berdasarkan tempat tinggal, rasio gini di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding perdesaan. Pada September 2017, rasio gini perkotaan sebesar 0,309 atau turun 0,009 poin dibandingkan Maret 2017 sebesar 0,318 dan turun 0,003 poin dibandingkan periode sebelumnya di angka 0,312.

 

Sedangkan di wilayah perdesaan, meski secara umum menunjukkan tren penurunan, namun dalam kurun waktu satu tahun belakangan terjadi kenaikan tipis. September 2017 lalu, rasio gini bertengger di angka 0,288. Angka ini naik 0,012 poin dibanding Maret 2017 dan meningkat 0,021 poin dari capaian September 2016 sebesar 0,276.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement