Rabu 03 Jan 2018 05:15 WIB

Yenny Wahid Bertugas Satukan Nahdliyin Jatim

Direktur Wahid Institut Yenny Wahid.
Foto: Republika/Wihdan
Direktur Wahid Institut Yenny Wahid.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Jaringan Muda Nahdlatul Ulama (JMNU) M Adnan Rara Sina mengatakan Yenny Wahid, putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, memiliki tugas sejarah menyatukan kaum Nahdliyin dalam Pilkada Jawa Timur tahun ini. "Yenny saat ini sudah harus mengambil peran dan tugas sejarah di pundaknya dengan berdiri di tengah antara dua kader terbaik Nahdlatul Ulama yang maju di Pilkada Jatim," ujar Adnan melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (2/1) malam.

Adnan menyampaikan, sejauh ini dua kader terbaik NU telah menyatakan maju di Pilkada Jatim, yakni Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa. Keduanya telah mengantongi dukungan dua partai politik.

Gus Ipul akan berpasangan dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dengan dukungan PKB dan PDIP. Sementara Khofifah akan berduet bersama Bupati Trenggalek Emil Dardak dengan dukungan Golkar serta Demokrat. Adnan mengatakan nama Gus Ipul yang juga merupakan keponakan Gus Dur merupakan salah satu tokoh PBNU dari garis "darah biru" NU.

Sedangkan Khofifah Indar Parawansa yang saat ini menjabat Menteri Sosial adalah Ketua Umum Muslimat NU yang telah menjabat selama empat periode atau 20 tahun serta merupakan kader Gus Dur "tulen".

Belakangan Yenny Wahid mengakui ditawari oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk maju pada Pilkada Jatim dengan dukungan tiga partai, yakni Gerindra, PAN, dan PKS, yang sebelumnya telah bersepakat menjalin kerja sama dalam sejumlah pilkada.

Menurut Adnan, Yenny Wahid sebagai putri Gus Dur, seorang tokoh besar NU dari garis keturunan langsung pendiri NU KH Hasyim Asyari, tentu punya daya tawar dan potensi elektoral yang sangat tinggi. Meski namanya baru muncul di tengah pertarungan Gus Ipul dan Khofifah.

Meski demikian, dia berpandangan Yenny Wahid sebagai anak biologis dan anak ideologis Gus Dur akan berdiri dan mengayomi dua kader terbaik Gus Dur tersebut. "Yenny punya tugas sejarah dan warisan untuk mempersatukan semua kader NU," terang dia.

Adnan menilai sejatinya Yenny sudah memulai langkahnya tersebut saat Haul Gus Dur di Ciganjur 22 Desember 2017 dengan mengundang Gus Ipul dan Khofifah. Yenny dalam pidatonya juga ikut mendoakan keduanya agar sukses serta tetap menjaga rasa "ukhuwah" dan saling menghormati dalam berkompetisi.

"Tampilnya Yenny ke publik saat ini adalah untuk menjaga momen elektoral ini agar dapat mendewasakan tradisi demokrasi dalam keluarga besar NU bahwa perbedaan dalam melakukan ijtihad politik adalah hal yang lumrah, bukan malah mempertajam politik kubu-kubuan dalam keluarga besar NU," kata dia.

Dia menekankan, Yenny saat ini sudah harus mengambil peran dan tugas sejarah di pundaknya dengan berdiri di tengah antara Gus Ipul dan Khofifah. "Positioning" politik Yenny saat ini sudah harus berada di level menjadi pimpinan nasional pada 2019," ujar Adnan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement