Selasa 02 Jan 2018 23:11 WIB

Rokok Penyumbang Terbesar Kemiskinan di Lampung

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Bayu Hermawan
Rokok selundupan. (ilustrasi)
Foto: ABC News
Rokok selundupan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menyebutkan, terdapat sembilan komoditas makanan yang menjadi penyumbang tingkat kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Lampung. Dari jumlah tersebut, konsumsi rokok masih menjadi penyumbang utama angka kemiskinan di Provinsi Lampung tahun 2017.

Di Provinsi Lampung, data BPS menyebutkan dari sembilan golongan komoditas makanan mempengaruhi tingka kemiskinan di perkotaan yakni peringkat pertama rokok kretek filter. Untuk wilayah perkotaan pengaruh rokok sebesar 22,81 persen mengalahkan beras 22,48 persen. Sedangkan di perdesaan 13,07 persen menduduki peringkat kedua setelah beras 26,03 persen.

Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, secara nasional juga komoditas yang memengaruhi tingkat kemiskinan selain beras, daging, telur, gula, mie, susu, salah satunya juga konsumsi rokok keretek filter. Selain itu golongan komoditi nonmakanan juga memengaruhi tingkat kemiskinan seperti perumahan listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

"Kebanyakan orang dari golongan di bawah garis kemiskinan, terkadang lebih baik tidak makan asalkan bisa merokok. Nah inilah yang menjadi penyebabnya meningkatnya tingkat kemiskinan," katanya di Bandar Lampung, Selasa (2/1).

Yeane mengatakan besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. Karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluargan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan semakin banyak penduduk yang tergolong penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan, katanya.

Selama periode Maret September 2017 garis kemiskinan naik Rp 5.301 atau 1,38 persen, yakni dari Rp 384.882 per kapita per bulan pada Maret 2017 menjad Rp 390.181 per kapita per bulan pada September 2017. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya mereka yang berada di sekitar garis kemiskinan mampu mengimbangi kenaikan harga meskipun garis kemiskinan mengalami kenaikan.

Menurut Kabid Sosial BPS Lampung Masud, peranan komiditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan dalam membentuk garis kemiskinan. Kenaikan garis kemiskinan pada Maret 2017 ke September 2017 lebih dipicu karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditas nonmakanan dibanding makanan.

BPS mendata, jumlah penduduk miskin pada September 2017 masih tersisa sebanyak 1.083.740 orang dari jumat total penduduk Lampung 8,3 juta jiwa (Data BPS Lampung Juni 2017), atau menurun 13,04 persen dibandingkan dengan Maret 2017 sebesar 1.131.730 orang. Penurunan tersebut teristimewa pada tahun 2017 oleh karena berbagai faktor.

Penurunan angka kemiskinan pada September 2017 dipengaruhi faktor stabilnya inflasi di Provinsi Lampung pada periode Maret hingga September 2017, pertumbuhan ekonomi Lampung, juga tersalurnya progra beras sejahtera (Rastra) pada bulan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement