REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyaksikan panen di lahan seluas 800 hektare di Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/1). Varietas yang dipanen merupakan Ciherang dengan rata-rata produktivitas 5,9 hingga 6,1 ton per hektare.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini, sekaligus Penanggung Jawab Upaya Khusus di Provinsi Jawa Barat mengatakan panen di Jawa Barat (Jabar) cukup besar. Untuk Kabupaten Karawang yang merupakan sentra beras akan melakukan panen hingga 5.800 hektare pada Januari ini.
"Di Jabar, Januari ini akan panen 100.996 hektare," katanya saat ditemui di lokasi panen Desa Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dari 26 kabupaten atau kota di Jawa Barat, kata dia, Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten dengan luas lahan panen paling besar bulan ini, mencapai 18.170 hektare. Besarnya lahan panen diakui Banun bukan berarti tidak ada tantangan maupun kendala. Penggunaan varietas Ciherang yang sudah rentan terhadap serangan wereng membuat pihaknya khawatir adanya gagal panen.
Untuk itu, pihaknya memperkenalkan Varietas Unggul Baru (VUB) yang lebih tahan wereng yakni Inpari 33 dan Inpari 43. Produktivitas varietas itu pun jauh lebih baik, mencapai lebih dari 8 ton per hektare. VUB itu pun sudah dicoba di Majalengka dan Subang masing-masing di lahan seluas 500 hektare.
"Sudah tiga kali pertanaman di subang aman dari wereng, padahal sekitarnya kena wereng," ujar dia.
Menurutnya, penggunaan Inpari 33 juga menjadi solusi di tengah lahan baku sawah Jabar yang tidak terlalu luas.
"Lahannya tidak smpai satu juta hektare. Sehingga kita mainnya di provitas dan irigasi, airnya untuk meningkatkan IP," katanya.
IP atau Indeks Pertanaman sangat dipengaruhi irigasi yang baik. Seperti diketahui, Jawa Barat sudah mulai memperbaiki keberadaan air dengan perbaikan hulu berupa Sungai Citarum, adanya Waduk Jatigede dan Waduk Jatiluhur.
Namun, ia melanjutkan, Jawa Barat masih perlu perbaikan saluran sekunder. Sebab, dengan saluran sekunder yang belum baik membuat daerah yang seharusnya dialiri belum mendapat aliran air dari hulu.
"Contohnya Majalengka yang masih terlewat, atau yang masuk dari kabupaten Cirebon," katanya.