REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Playboy Enterprises Inc dikabarkan akan menghentikan terbitan majalah versi cetak mereka. Bisnis majalah yang dimulai mendiang Hugh Hefner lebih dari enam dekade lalu itu merupakan salah satu majalah ikonik di AS.
Kematian Hefner pada September 2017 lalu memicu pergantian kepemilikan majalah dengan konten untuk pembaca dewasa itu. Kepemilikan Playboy berpindah dari keluarga Hefner sebagai pemegang saham mayoritas ke perusahaan investasi privat Rizvi Traverse.
Managing Partner Rizvi yang juga CEO Playboy, Ben Kohn ingin perpindahan kepemilikan Playboy ditekankan pada kemitraan citra dan lisensi. Pihaknya ingin membangun World of Playboy yang cakupan bisnisnya lebih luas.
''Kami berencana menjalankan transisi mulai 2018 dari bisnis media ke perusahaan pengelolaan citra (brand-management),'' kata Kohn seperti dikutip Wall Street Journal, Selasa (2/1).
Perpindahan yang Kohn maksud termasuk penghentian majalah Playboy versi cetak yang telah berlangsung sejak 1953. Sirkurasi majalah Playboy versi cetak di AS turun menjadi sekitar 500 ribu eksemplar dari puncaknya 5,6 juta eksemplar pada 1975 di tengah ketatnya industri media cetak.
Majalah Playboy yang mencetak enam edisi per tahun harus merugi tujuh juta dolar AS per tahunnya. Kohn mengakui, secara historis Playboy bisa mengatasi kerugian itu karena tertolong valuasi pasar perusahaan tersebut.
Namun, tentu Playboy perlu berpikir strategi lain. ''Saya tidak yakin bisnis majalah cetak adalah cara terbaik untuk berkomunikasi dengan konsumen saat ini,'' kata Kohn.
Juru bicara Playboy Enterprise John Vlautin menolak berkomentar. Demikian pula dengan juru bicara Rizvi Traverse.
(Ket: Foto Noor Tagouri untuk majalah Playboy edisi Oktober 2016. Tagouri menjadi perempuan berhijab pertama yang tampil di majalah Playboy.)
Pada 2016, Playboy juga menghentikan publikasi penuh foto-foto wanita tak berbusana sebagai bagian redesain majalah versi cetak mereka dan lebih memilih kanal daring. Namun pada 2017 lalu, foto-foto wanita tersebut kembali muncul sebab putra mendiang Hugh Hefner yang juga Direktur Operasional Playboy, Cooper Hefner, menilai sudah seharusnya Playboy menampilkan foto itu.
Rizvi Traverse membantu Hugh Hefner melakukan privatisasi Playboy pada 2011 lalu. Sebagai bagian dari kesepatan, Rizvi Traverse bersedia tetap menerbitkan Playboy versi cetak selama Hugh Hefner hidup.
Rizvi kini dikabarkan dengan bicara dengan keluarga Herfner untuk mengakuisisi 35 persen yang ditinggalkan Hugh Hefner. Playboy sendiri harus mencari dana segar sebesar 25 juta dolar AS hingga 100 juta dolar AS awal 2018 ini bila ingin membalikkan semua perjanjian.