Rabu 03 Jan 2018 10:14 WIB

Jangan Sesat: Setahun di Kalender Romawi Hanya 10 Bulan!

Tahun baru
Foto: Antara
Tahun baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Filsafat dan Guru Besar Universitas Paramadina Jakarta, Prof DR Abdul Hadi WM, mengingatkan agar tidak tertipu akan fenomena relativitas hitungan waktu. Hal ini penting agar tidak menyambut datangnya tahun 2018 dengan perbuatan yang tidak bermanfaat dan hura-hura.

“Ingat ya, dalam kalender Romawi dahulu satu tahun terdiri dari 10 bulan. Baru pada zaman Julius Caesar, mereka menyadari kekeliruannya. Dan, mengubah satu tahun menjadi 12 bulan seperti kebiasaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya . Misalnya Mesir, Sumeria, Babylonia, Assyria, Persia, India, dan Tiongkok,’’ kata Abdul Hadi, kepada Republika.co.id (3/1).

Abdul Hadi kemudian meminta agar menelisik atau memperhatikan nama-nama bulan yang ada dalam kalender Masehi. Misalnya, bulan Juni adalah bulan keenam dan seharusnya bulan ketujuh adalah September. Ini karena kata ‘septieme’ berarti 7 sama dengan kata sapta dalam bahasa Sanskerta dan Sabtu dalam bahasa Arab.

Selanjutnya, bulan ketujuh disebut Juli (July) diambil dari nama Julius Caesar. Sedangkan, bulan ke delapan seharusnya Oktober, diganti Agustus dari kata Augutinus. Almanak Gregorian dari Romawi diperbarui oleh Omar Khayyam dari Persia pada abad ke-11 M.

“Saya mengetahui ini setelah membaca buku tentang kalender. Bulan Oktober sebenarnya bulan ke-8 (Okto artinya delapan, dalam bahasa Inggris Eight. Dlm bahasa Sanskrit Hasta. November bulan ke-9. Dalam bahasa Sanskerta 9 ialah Nawa. Jerman = neun. Desember bulan ke-10. Dari kata deci. Dalam bahasa Sanskerta Dasa. Dalam bahasa Jawa : Doso,’’ katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement